Mereka membentuk kemitraan dan memulai debutnya pada tahun 1951 dengan nama pena "Fujiko Fujio".
Kedua kartunis legendaris Jepang itu tinggal satu apartemen di Tokyo bersama seniman terkenal lainnya, termasuk Osamu Tezuka.
Salah satu karya awal duo ini adalah 'Q-Taro', yang bercerita tentang anak hantu yang baik hati dan nakal yang mulai hidup dengan keluarga manusia.
Manga ini menjadi populer di Jepang hingga luar negeri.
Baca juga: Khawatir Rusia Lolos Sanksi, Jepang Desak Negara G7 Segera Bikin Aturan Terkait Mata Uang Digital
Abiko juga menciptakan berbagai manga sendiri, termasuk 'Ninja Hattori', seorang ninja yang berteman baik dengan anak-anak biasa, serta karya-karya lain yang ditargetkan untuk orang dewasa.
Meski sangat dekat dengan Fujimoto, Abiko pernah mengaku enggan membaca kartun 'Doraemon' terlalu dekat.
"Saya menghindari membaca (mereka) sebagai tindakan protektif, karena ketika saya membacanya, saya terpengaruh oleh mereka dan berpikir 'Saya tidak bisa menggambar seperti ini'," katanya sambil tertawa.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)