News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres Prancis 2022: Emmanuel Macron dan Marine Le Pen Bersaing di Putaran Kedua

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kombinasi foto yang dibuat pada 10 April 2022 ini menunjukkan kandidat presiden partai sayap kanan Prancis Rassemblement National (RN) Marine Le Pen berpose selama sesi foto di Paris pada 20 Oktober 2021 dan Presiden Prancis dan kandidat partai La Republique en Marche (LREM) Emmanuel Macron berpose untuk sesi foto pada 7 Maret 2017 di markas kampanyenya di Paris. Emmanuel Macron memenangkan putaran pertama pemilihan presiden Prancis 2022, hadapi Marine Le Pen di putaran kedua.

Partai-partai yang gagal mencapai 5% hanya mendapatkan €800.000 dari dana kampanye mereka yang ditanggung oleh negara, dan Partai Republik akan membayar jauh lebih banyak dari itu.

Putaran kedua dimulai

Pertempuran baru untuk mendapatkan suara rakyat Prancis sedang berlangsung.

Untuk putaran kedua yang akan digelar 24 April mendatang, Marine Le Pen dapat mengandalkan pendukung Eric Zemmour, yang nasionalisme garis kerasnya membuatnya mendapatkan tempat keempat, 7%.

Nasionalis Nicolas Dupont-Aignan juga mendukungnya.

Dengan begitu Le Pen sudah dapat mengandalkan 33% suara harapan.

Sementara itu tim Macron sedang merencanakan serangkaian unjuk rasa besar dan penampilan TV besar.

Sebagian besar kandidat lain di sayap kiri telah mendukungnya, seperti halnya Valérie Pécresse.

Jajak Pendapat

Hasil jajak pendapat Emmanuel Macron vs Marine Le Pen (via BBC.com)

Jajak pendapat Ifop François Dabi mengatakan perkiraan 51%-49% untuk putaran kedua adalah angka yang paling dekat yang pernah mereka prediksi.

Jajak pendapat Elabe menempatkan kesenjangan pada 52%-48% dan jajak pendapat Ipsos menunjukkan jumlah itu masih lebih luas.

Berbicara kepada para pendukungnya, Macron tampak lega dan dia berjanji untuk bekerja lebih keras daripada di putaran pertama kampanyenya.

Ia baru mulai berkampanye delapan hari sebelum pemungutan suara, karena pikirannya lebih terfokus pada perang Rusia di Ukraina.

"Ketika ekstrem kanan dalam segala bentuknya mewakili begitu banyak negara kita, kita tidak bisa merasakan bahwa semuanya berjalan dengan baik," ujarnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini