“Hal itu dikarenakan ada kesalahan penilaian yang jelas, dan itu mungkin didorong oleh Putin sendiri,” kata Muraviev.
Sang profesor menggambarkan bagaimana kesalahan langkah ini muncul dari pemahaman bahwa Rusia akan dianggap sebagai pembebas, bukan penjajah negara tetangga mereka.
Apalagi, Putin dilaporkan marah karena ternyata pasukannya tak disambut dengan bunga oleh rakyat Ukraina.
Muraviev pun menambahkan jika Putin dikudeta atau digulingkan itu tidak akan menjadi solusi positif untuk negara Barat.
“Jika ada perubahan rezim, itu karena militer dan dinas keamanan akan menyalahkan Putin karena terlalu lunak, dan benar-benar berusaha mencari jalan keluar dari kebuntuan ini,” ujarnya.
“Jika ada rezim yang menempati tempatnya, maka itu akan menjadi seseorang yang bahkan lebih radikal dari Putin dan berbahaya bagi Barat,” kata Muraviev.
Kesehatan Putin
Sejumlah kalangan juga mulai mempertanyakan kondisi kesehatan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Hal itu mencuat menyusul seringnya para dokter ahli kanker menyambanginya.
Sebelumnya beredar kabar bahwa Putin mengidap kanker tiroid.
Apalagi seorang ahli kanker tiroid, Yevgeny Selivanov, telah melakukan 35 kunjungan ke kediaman Putin selama empat tahun terakhir.
Dokter kanker tersebut kerap terlihat mengunjungi kediaman Putin yang berada di Laut Hitam.
Dikutip dari Metro, media independen Rusia Proekt menemukan 10 dokter menghabiskan total 1.313 hari berada dalam rombongan Putin antara 2016 dan 2020.
Dua dokter ahli THT bahkan mengunjungi Putin lebih sering ketimbang Selivanov.