TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Muncul berbagai kemungkinan mengenai kekuasaan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Di tengah invasi Rusia ke Ukraina, posisi Putin kabarnya mulai terancam.
Lawan politiknya di dalam negeri diam-diam menyiapkan kudeta.
Mereka berasal dari pengusaha dan politisi yang tidak tahan terhadap sanksi Amerika dan sekutunya ke negara itu yang merugikan mereka.
Meski demikian Kemungkinan Presiden Rusia Vladimir Putin digulingkan ternyata bakal lebih berbahaya bagi Barat (Amerika dan sekutunya).
Menurut pengamat politik, Profesor Alexey Muraviev, pengganti Putin diyakini bakal lebih buruk dan menjadi ancaman untuk Barat.
Baca juga: Vladimir Putin Tegaskan Tidak Pernah Menolak Bertemu Zelenskyy
Sejak Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu, spekulasi mengenai keadaan kesehatan pemimpin Rusia itu terus muncul.
Apalagi muncul laporan bahwa Putin kerap ditemani oleh dokter kanker terkenal Rusia.
Selain itu, juga beredar kemungkinan kudeta terhadap Putin karena hasil perang di Ukraina yang tak memberikan hasil positif.
Apalagi, Putin diketahui telah memecat dan memenjarakan sejumlah pembantunya, yang tak memberikan hasil memuaskan dalam penyerangan ke Ukraina.
Profesor Alexey Muraviev, yang merupakan Profesor Studi Strategi dan Keamanan Nasional di Universitas Curtin, Perth Australia telah menganalisis apa yang terjadi jika badan rahasia Rusia mencoba menggulingkannya.
“Saya percaya ada banyak potensi untuk kudeta, tetapi bukan karena alasan yang kita asumsikan dan pahami,” tuturnya kepada Sky Sports dikutip dari Daily Star.
“Jika kudeta dilakukan oleh, katakanlah, penegak hukum keamanan Rusia atau militer Rusia dalam hal ini, itu bukan karena mereka ingin menghentikan perang. Itu karena mereka ingin memenangkan perang,” kata Muraviev.
Menurutnya, saat ini ada ketegangan antara komunitas intelijen Rusia dan Putin.
“Hal itu dikarenakan ada kesalahan penilaian yang jelas, dan itu mungkin didorong oleh Putin sendiri,” kata Muraviev.
Sang profesor menggambarkan bagaimana kesalahan langkah ini muncul dari pemahaman bahwa Rusia akan dianggap sebagai pembebas, bukan penjajah negara tetangga mereka.
Apalagi, Putin dilaporkan marah karena ternyata pasukannya tak disambut dengan bunga oleh rakyat Ukraina.
Muraviev pun menambahkan jika Putin dikudeta atau digulingkan itu tidak akan menjadi solusi positif untuk negara Barat.
“Jika ada perubahan rezim, itu karena militer dan dinas keamanan akan menyalahkan Putin karena terlalu lunak, dan benar-benar berusaha mencari jalan keluar dari kebuntuan ini,” ujarnya.
“Jika ada rezim yang menempati tempatnya, maka itu akan menjadi seseorang yang bahkan lebih radikal dari Putin dan berbahaya bagi Barat,” kata Muraviev.
Kesehatan Putin
Sejumlah kalangan juga mulai mempertanyakan kondisi kesehatan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Hal itu mencuat menyusul seringnya para dokter ahli kanker menyambanginya.
Sebelumnya beredar kabar bahwa Putin mengidap kanker tiroid.
Apalagi seorang ahli kanker tiroid, Yevgeny Selivanov, telah melakukan 35 kunjungan ke kediaman Putin selama empat tahun terakhir.
Dokter kanker tersebut kerap terlihat mengunjungi kediaman Putin yang berada di Laut Hitam.
Dikutip dari Metro, media independen Rusia Proekt menemukan 10 dokter menghabiskan total 1.313 hari berada dalam rombongan Putin antara 2016 dan 2020.
Dua dokter ahli THT bahkan mengunjungi Putin lebih sering ketimbang Selivanov.
Kanker Tiroid memang mempengaruhi kelenjar kecil di dasar leher dan masalah dengan kelenjar sering didiagnosis pertama kali oleh ahli THT.
“Selama 23 tahun kepemimpinan Putin, negara ini tak tahu secara jujur mengenai kondisi fisik dan emosi sang penguasa,” ujar editor Proekt, Roman Badanin.
“Kami dapat menegaskan bahwa dengan masa jabatan presiden saat ini, pemimpin Rusia tak dalam keadaan sehat,” tambahnya.
Hal itu memunculkan kabar bahwa Putin telah melakukan operasi kanker tiroid.
Namun dilansir dari The Moscow Times, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, membantah kabar bahwa Putin menderita kanker atau telah melakukan operasi kanker.
“Fiksi dan tidak benar,” ujar Peskov dikutip oleh jurnalis veteran Rusia, Alexei Venediktov, melalui aplikasi pesan Telegram.
Kremlin adalah julukan bagi Istana Kepresidenan Rusia.
Peskov pun menegaskan kepada Venediktov bahwa Putin sama sekali tak pernah memiliki kanker.
Sumber: Metro/Daily Star/Kompas.TV/The Moscow Times