Layanan Cuaca Afrika Selatan mengeluarkan peringatan akhir pekan Paskah tentang badai petir dan banjir lokal di KwaZulu-Natal dan provinsi Free State dan Eastern Cape yang berdekatan.
Negara ini masih berjuang untuk pulih dari pandemi COVID selama dua tahun dan kerusuhan mematikan tahun lalu yang menewaskan lebih dari 350 orang.
Situasi Lebih Buruk
Pantai tenggara Afrika berada di garis depan sistem cuaca laut yang diyakini para ilmuwan memburuk karena pemanasan global.
Mereka memperkirakan situasi akan menjadi jauh lebih buruk dalam beberapa dekade mendatang.
Ramaphosa menggambarkan bencana itu sebagai "bencana dengan proporsi yang sangat besar," menambahkan bahwa itu "jelas merupakan bagian dari perubahan iklim".
“Kita tidak bisa lagi menunda apa yang perlu kita lakukan, langkah-langkah yang perlu kita ambil untuk menghadapi perubahan iklim. Kemampuan manajemen bencana kami perlu berada di tingkat yang lebih tinggi,” kata Ramaphosa di kotapraja Ntuzuma di Durban, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Pada tahun 2020, Durban, kota terbesar di KwaZulu-Natal merilis Rencana Aksi Iklim yang menguraikan strategi untuk menghijaukan energinya, mengurangi risiko banjir, meningkatkan pengelolaan limbah, dan menghemat air, dengan tujuan menjadi netral karbon pada tahun 2050.
Baca juga: Uni Afrika Sesalkan Tindakan Rasisme di Perbatasan Ukraina
Sementara aktivis iklim mengakui rencana itu progresif, mereka mengatakan ada bukti terbatas bahwa itu sedang dilaksanakan.
Tetapi langkah-langkah mulai dari drainase yang lebih baik hingga perencanaan kota yang lebih hati-hati akan sangat penting untuk membatasi kerugian selama cuaca ekstrem seperti banjir minggu ini, kata pakar iklim.
“Ini adalah momen yang bisa diajarkan,” kata Christopher Trisos, penulis utama laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) tentang adaptasi dan risiko perubahan iklim yang dirilis pada akhir Februari.
“Laporan IPCC menemukan bahwa 90 persen kota Afrika belum memiliki rencana adaptasi iklim yang substansial, yang sangat memprihatinkan. Tapi masih ada peluang untuk beradaptasi,” kata Trisos.
Trisos mengatakan permukiman informal menawarkan peluang bagus untuk adaptasi terhadap risiko banjir yang meningkat.
“Ada peluang karena banyak permukiman informal yang belum tertutup aspal, jadi kita masih bisa menciptakan infrastruktur hijau,” dari taman kota yang menyerap air hingga sungai yang lebih baik drainasenya, katanya.
(Tribunnews.com/Yurika)