TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Markas Besar Badan Tanggap Cepat Kemanusiaan Ukraina oleh Federasi Rusia memperingatkan provokasi yang akan datang di wilayah Odessa.
Menurut badan yang dipimpin Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev, Dinas Keamanan Ukraina sedang mempersiapkan provokasi berdarah lain serupa Bucha.
Prajurit Federasi Rusia akan dipersalahkan atas dugaan kejahatan perang pembunuhan massal warga sipil di Odessa.
Untuk tujuan ini, Ukraina menyiapkan unit pasukan mereka mengenakan seragam prajurit Rusia dan melakukan penembakan demonstratif terhadap penduduk Odessa.
Hasil foto-foto dan video-video operasi palsu itu akan digunakan untuk propaganda yang akan dikampanyekan kantor berita Ukraina dan media barat.
Baca juga: Ratusan Ribu Warga Terkepung, Wakil PM Ukraina Meminta Rusia Buka Koridor Evakuasi dari Mariupol
Baca juga: Ukraina Abaikan Ultimatum Rusia, Tak akan Serahkan Mariupol
Baca juga: Rusia Mulai Serang Donbass di Ukraina Timur, Apa Alasan dan Pentingnya Wilayah Itu Bagi Putin?
Badan itu seperti dikutip situs militer dan keamanan Southfront.org, Selasa (19/4/2022), juga menyerukan semua petempur ultra nasionalis Ukraina yang dikepung di pabrik Azovstal Mariupol, menyerahkan diri.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu telah mengeluarkan perintah secara bertahap sebelum serangan pamungkas ke Mariupol.
Angkatan Bersenjata Rusia menawarkan para militan batalyon nasionalis dan tentara bayaran asing menghentikan permusuhan dan meletakkan senjata mereka mulai pukul 12.00 (Waktu Moskow) pada 19 April 2022.
Semua orang di Azovstal yang meletakkan senjatanya dijamin keselamatanhidupnya. Prosedur praktis tindakan operasi telah disiapkan.
Mulai pukul 13.00 (waktu Moskow), kontak tanpa gangguan terjalin antara pihak Rusia dan Ukraina untuk saling bertukar informasi.
Pukul 13:30 (waktu Moskow), militan dari batalyon nasionalis dan tentara bayaran asing di satu sisi, Angkatan Bersenjata Rusia bersama dengan formasi militer Republik Rakyat Donetsk di sisi lain, menyatakan gencatan senjata dan menjamin penghormatan yang ketat.
Pakta pelaksanaan gencatan senjata kedua belah pihak ditunjukkan lewat pengibaran bendera: bendera merah dari pihak Rusia, bendera putih di sepanjang perimeter pabrik Azovstal dari pihak Ukraina.
Selain itu, pakta juga menyatakan para pihak siap untuk melaksanakan gencatan senjata dikonfirmasi oleh semua saluran komunikasi.
Mulai pukul1400 hingga 16.00 (waktu Moskow), semua personil unit bersenjata Ukraina dan tentara bayaran asing keluar dari Azovstal tanpa kecuali, tanpa senjata dan tanpa amunisi apa pun.
Rusia meminta otoritas Kiev menunjukkan respon positif, memberikan instruksi yang tepat kepada para militan untuk mengakhiri perlawanan.
Namun, jika unit tempur Ukraina dan kelompok ultra nasionalis Azov tidak menerima perintah dari Kiev, mereka didesakmembuat keputusan sendiri dan meletakkan senjata.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan saat ini operasi militer di Ukraina memasuki fase baru.
Lavrov mengatakan tujuan aksi militer di Ukraina telah dinyatakan Moskow sejak awal, dan salah satu tujuannya adalah merebut seluruh wilayah yang diklaim Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.
“Upaya ini akan terus berlanjut. Tahap lain dari operasi ini sudah dimulai,” tegasnya. "Saya yakin ini akan menjadi momen yang sangat penting dari seluruh usaha khusus ini," kata Lavrov.
Kementerian Pertahanan Rusia Selasa pagi waktu setempat melaporkan telah melancarkan serangan ke 1.260 sasaran militer Ukrain, termasuk 1.214 titik kumpul pasukan Ukraina.
Rusia menyerang negara Ukraina sejak 24 Februari 2022, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk 2014.
Moskow mengakui pernyataan kedaulatan Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang memberikan status khusus daerah-daerah itu di wilayah Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntutUkraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik secara paksa.(Tribunnews.com/Southfront.org/xna)