Mereka merusak ratusan Sinogage (rumah ibadah orang Yahudi), mengusir, menjarah bisnis Yahudi, menahan, menganiaya, dan melakukan tindakan represif lainnya.
Raul Hilberg dalam bukunya The Destruction of the European Jews, dan Lucy S. Dawidowicz dalam bukunya The War Against the Jews, sebagian menunjukkan bagaimana Jerman berperang dua kali secara bersamaan, yaitu Perang Dunia II dan perang rasial melawan orang-orang Yahudi.
Bahkan sebelum Nazi berkuasa di Jerman pada tahun 1933, mereka tidak merahasiakan anti-Semitisme mereka.
Pada awal tahun 1919 Adolf Hitler telah menulis, “Anti-Semitisme rasional, bagaimanapun, harus mengarah pada oposisi hukum yang sistematis.…Tujuan akhirnya harus dengan teguh menyingkirkan orang-orang Yahudi sama sekali.”
Dalam buku yang ditulis Hitler "Mein Kampf" (“Perjuanganku”; 1925–27), ia mengembangkan lebih lanjut gagasan tentang orang-orang Yahudi sebagai ras jahat yang berjuang untuk menguasai dunia.
Anti Yahudi Nazi berakar pada anti-Semitisme agama dan ditingkatkan oleh anti-Semitisme politik dan anti-Semitisme rasial.
Nazi menggambarkan orang-orang Yahudi sebagai ras dan bukan sebagai kelompok agama.
Anti-Semitisme agama dapat diselesaikan dengan konversi, anti-Semitisme politik dengan pengusiran.
Pada akhirnya, logika anti-Semitisme rasial Nazi mengarah pada pemusnahan.
Baca juga: Cara Adolf Hitler Bunuh Diri, Tak Ingin Tubuhnya Bernasib Seperti Mussolini
Kematian Adolf Hitler
Adolf Hitler memulai perang di Eropa pada tahun 1939 ketika pasukan Jerman menyerbu Polandia dalam serangan blitzkrieg.
Dia kemudian menginvasi Prancis dan tetangganya ke Utara, tetapi gagal menaklukkan Inggris Raya, karena Jerman kalah dalam Pertempuran Inggris.
Pada tahun 1941 ia menginvasi Uni Soviet (Operasi Barbarossa) dan mendorong pasukan sampai ke Moskow, namun Rusia mampu menghentikannya.
Selama masa perang, Hitler menolak untuk menyerahkan semua tanah yang siap diambil, Jerman menderita kekalahan di Stalingrad dan Pertempuran Kursk.