TRIBUNNEWS.COM - Taliban memerintahkan perempuan Afghanistan untuk menggunakan burqa atau penutup wajah di depan umum.
Langkah itu menjadi salah satu pembatasan paling keras yang dikenakan pada perempuan Afghanistan sejak Taliban merebut kekuasaan tahun lalu.
Aturan itu juga menarik reaksi dari masyarakat internasional dan banyak warga Afghanistan.
“Mereka harus mengenakan chadori (burka dari kepala hingga ujung kaki) karena itu tradisional dan penuh hormat,” demikian bunyi dekrit yang dikeluarkan oleh kepala Taliban Haibatullah Akhunzada yang dirilis oleh pihak berwenang pada sebuah acara di Kabul pada Sabtu (7/5/2022), dikutip dari Al Jazeera.
Seorang juru bicara Kementerian Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan membacakan dekrit dari Akhunzada pada konferensi media, mengatakan bahwa ayah seorang wanita atau kerabat laki-laki terdekat akan dikunjungi dan dipenjara atau dipecat dari pekerjaan pemerintah jika dia tidak menutupi anggota keluarga wanitanya.
Juru bicara itu menambahkan bahwa penutup wajah yang ideal adalah burqa, yang menjadi simbol global dari kekuasaan garis keras Taliban sebelumnya dari tahun 1996 hingga 2001.
Baca juga: AS Tinggalkan Persenjataan Militer Senilai Rp101 Triliun di Afghanistan
Baca juga: Pengeboman Masjid dan Sekolah di Afghanistan Tewaskan 33 Orang
Sebagian besar wanita di Afghanistan mengenakan jilbab, tetapi banyak di daerah perkotaan, seperti Kabul, tidak menutupi wajah mereka.
Berbicara kepada Al Jazeera, Fawzia Koofi, mantan wakil ketua parlemen Afghanistan, mengatakan bahwa keputusan Taliban tentang perempuan dianggap sebagai "penindasan dan represi".
“Pertanyaannya adalah, di tengah semua penderitaan rakyat Afghanistan ini, mengapa isu perempuan menjadi satu-satunya yang diprioritaskan,” tanya Koofi, merujuk pada krisis ekonomi yang semakin dalam di seluruh negeri.
“Tantangan terbesar yang dihadapi perempuan setiap hari adalah kurangnya pekerjaan dan krisis ekonomi,” katanya.
Pembatasan Kejam Taliban
Sejak mengambil alih Afghanistan, Taliban telah menerapkan kembali pembatasan kejam pada kebebasan dan gerakan, terutama ditujukan pada wanita, yang mengingatkan pada aturan terakhir mereka pada 1990-an.
Selama beberapa bulan terakhir, para pemimpin Taliban, khususnya dari Kementerian Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, telah mengumumkan banyak pembatasan baru, bahkan ketika kritik dan tekanan internasional meningkat terhadap mereka.
Pada bulan Desember, kementerian, yang menggantikan Kementerian Urusan Perempuan Afghanistan, memberlakukan pembatasan pada perempuan untuk bepergian lebih jauh dari 72km tanpa kerabat dekat laki-laki.