News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bongbong Marcos, Anak Diktator Ferdinand Marcos Unggul dalam Pilpres Filipina

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bongbong Marcos, calon presiden dan putra mendiang diktator Ferdinand Marcos, menyampaikan pidatonya selama kampanye di dalam gimnasium di kota Bocaue, provinsi Bulacan, utara Manila pada 8 Februari 2022.

Komisioner Pemilihan, George Erwin Garcia, mengaku kewalahan dengan jumlah pemilih yang berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara meskipun ada ancaman pandemi.

Secara terpisah, polisi mengatakan tiga anggota pasukan penjaga perdamaian lokal ditembak mati oleh penyerang tak dikenal di dekat tempat pemungutan suara di provinsi Maguindanao di Mindanao.

Dalam beberapa kasus, antrian panjang pemilih disebabkan oleh mesin penghitung suara yang tidak berfungsi, menurut laporan media.

Robredo, yang memberikan suara di provinsi asalnya, Camarines Sur, menyatakan keprihatinannya setelah laporan tersebut.

"Saya berharap pihak berwenang akan menunjukkan bahwa mereka berada di atas segalanya," katanya kepada wartawan.

Marcos didukung banyak pemuda Filipina yang lahir pasca-revolusi 1986, setelah meluncurkan serangan media sosial besar-besaran dalam kampanye optimis yang mengusung nada revisionisme historis.

Pendukungnya telah menolak narasi penjarahan, kronisme dan kebrutalan di bawah darurat militer mendiang ayahnya sebagai kebohongan yang dijajakan oleh lawan, menyajikan apa yang dikatakan para pengkritiknya sebagai versi sejarah yang berbeda.

Wakil Presiden Filipina Leni Robredo mengumumkan dirinya akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 2022, di Kota Quezon pada 7 Oktober 2021. Maria Tan / AFP (AFP)

Baca juga: Putra Diktator Filipina Ferdinand Marcos Diprediksi Menangkan Pilpres, Ini Artinya bagi AS dan China

Baca juga: Menuju Pemilu 9 Mei, Capres Filipina Bersaing Meraih Dukungan Publik

Kubu Marcos telah membantah menjalankan kampanye informasi yang salah.

Keluarga Marcos kembali dari pengasingan pada 1990-an dan sejak itu membangun kekuatan politik, mempertahankan pengaruhnya dengan kekayaan besar dan koneksi luas.

Pemungutan suara juga memberikan kesempatan bagi Marcos untuk membalas kekalahannya dari Robredo dalam pemilihan wakil presiden 2016.

Sementara itu, Robredo (57), mantan pengacara hak asasi manusia yang berhaluan liberal, telah berjanji untuk meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan, memerangi kemiskinan dan meningkatkan persaingan pasar jika terpilih.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini