Menjelang pemilu, para pengkritik menuduhnya meluncurkan kampanye misinformasi online tentang sejarah keluarganya dan menghindari pertanyaan independen.
Terlepas dari ini, jajak pendapat selama kampanye menempatkan Marcos Jr unggul dengan puluhan poin persentase.
Menurut laporan BBC, pemungutan suara pada Senin lalu diwarnai kendala seperti mesin rusak, kekerasan, hingga video yang diduga menunjukkan kecurangan.
Jika menang, Marcos Jr akan mengambil alih kursi kepresidenan dari Presiden Rodrigo Duterte yang dikenal karena tindakan brutalnya terhadap pengedar dan pengguna narkoba.
Kelompok HAM mencatat, polisi menghabisi ribuan orang tanpa diadili selama pemerintahan Duterte.
Putrinya, Sara Duterte, yang mencalonkan diri sebagai wakil presiden bersama Marcos Jr, memimpin dengan selisih suara yang lebar menurut hasil parsial.
Pemilihan itu tidak hanya untuk posisi presiden, tetapi juga untuk senator, majelis rendah, dan pejabat daerah di seluruh negeri.
Protes Mahasiswa
Dilansir Reuters, sekitar 400 orang, sebagian besar mahasiswa, melakukan protes di luar komisi pemilihan pada Selasa (10/5/2022) untuk menentang Marcos dan menuduh adanya penyimpangan pemilihan.
Komisi pemilihan pada Selasa ini dijadwalkan untuk memutuskan petisi yang berusaha membatalkan penolakannya terhadap pengaduan yang mencoba menghalangi Marcos dari pemilihan presiden.
Kelompok HAM Karapatan meminta orang Filipina untuk menolak kepresidenan Marcos Jr, yang disebut dibangun di atas kebohongan dan disinformasi "untuk menghilangkan bau citra menjijikkan Marcos".
Baca juga: Berpeluang Jadi Presiden, Marcos Jr. Dalam Misi Pulihkan Nama Keluarga
Baca juga: Jika Jadi Presiden, Manny Pacquiao Akan Rebut Kembali “Kekayaan Curian” dari Keluarga Marcos
Marcos, yang menghindari debat dan wawancara selama kampanye, baru-baru ini memuji ayahnya sebagai seorang jenius dan negarawan, tetapi juga kesal dengan pertanyaan tentang era darurat militer.
Saat penghitungan suara menunjukkan keunggulan Marcos, Robredo mengatakan kepada para pendukungnya untuk melanjutkan perjuangan mereka demi kebenaran hingga pemilihan berikutnya.
Marcos tidak banyak menunjukkan agenda kebijakannya selama kampanye.
Namun ia diharapkan menjadi sosok Presiden Duterte selanjutnya, yang menargetkan infrastruktur besar, hubungan dekat dengan China, dan pertumbuhan yang kuat.
Gaya kepemimpinan Duterte yang keras membuatnya mendapat dukungan besar.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)