TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memerintahkan militer untuk membantu penanganan Covid-19.
Militer diperintahkan untuk menjaga kestabilan pasokan obat-obatan di Pyongyang, beberapa hari setelah Kim Jong Un mengumumkan penguncian.
Menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikelola pemerintah yang dikutip Al Jazeera, Korea Utara pekan lalu mengonfirmasi pertama kali bahwa virus Corona menyebar di negara tersebut.
Para ahli khawatir bahwa virus itu dapat menghancurkan negara yang memiliki persediaan medis terbatas dan tidak ada program vaksinasi Covid-19.
Baca juga: Afrika Selatan Alami Lonjakan Covid Varian Omicron, Rata-rata Kasus Harian Naik dari 300 Jadi 8.000
Baca juga: Korea Utara Laporkan 8 Kematian Baru di Tengah Wabah Covid-19, Total 50 Orang Meninggal
Korea Utara melaporkan 392.920 lebih banyak orang dengan gejala demam, dengan delapan kematian baru, kata kantor berita negara.
Namun tidak melaporkan berapa banyak dari kasus yang diduga telah dites positif COVID-19.
Korea Utara tidak memiliki vaksin COVID, obat pengobatan antivirus, atau kapasitas pengujian massal.
Kim Jong Un berkali-kali bersikeras bebas virus Corona
Pemerintahan Kim Jong Un bersikeras negara itu bebas virus corona hingga beberapa hari yang lalu.
Media pemerintah mengatakan 50 orang kini telah meninggal - dan lebih dari satu juta pekerja telah dikerahkan untuk menghentikan penyebaran.
Baca juga: Studi di India Temukan Hepatitis Akut pada Anak yang Pernah Terkena Covid-19
Baca juga: Korea Utara Laporkan 15 Kematian Akibat Covid-19 dan Hampir 300 Ribu Kasus Baru
Kim Jong Un kritik sikap kerja tak bertanggung jawab
Pada pertemuan darurat politbiro, yang diadakan pada Minggu (15/5/2022), Kim mengkritik sikap kerja yang "tidak bertanggung jawab".
Kim juga menyinggung soal kemampuan mengorganisir dan melaksanakan Kabinet dan sektor kesehatan masyarakat, KCNA melaporkan.
"Pejabat Kabinet dan sektor kesehatan masyarakat yang bertanggung jawab atas pasokan belum menyingsingkan lengan baju mereka, tidak mengenali krisis saat ini dengan benar, tetapi hanya berbicara tentang semangat melayani rakyat dengan setia," lapor KCNA.