Namun, seperti yang dikatakan sumber Bloomberg dengan syarat anonim, daftar keinginan Turki panjang.
“Turki ingin dimasukkan kembali dalam program pesawat canggih F-35, yang dilarang setelah membeli sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia. Ini juga memiliki permintaan luar biasa kepada AS untuk membeli lusinan pesawat tempur F-16 dan meningkatkan kelengkapan armada yang ada,” tulis Bloomberg.
Ankara juga ingin AS mencabut sanksi yang dijatuhkan Washington pada Turki karena membeli rudal S-400 dari Rusia.
Menurut Aljazeera, Langkah Turki ini menunjukkan negara itu ingin mendapatkan posisi tinggi di Eropa dan blok militer NATO.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan Turki adalah sekutu yang berharga dan setiap masalah keamanan perlu ditangani.
“Tak satu pun dari negara-negara ini memiliki sikap yang jelas dan terbuka terhadap organisasi teroris,” kecam Erdogan menunjuk eksistensi Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Ankara menetakan PKK sebagai kelompok teroris. Juga melabeli kelompok bersenjata Kurdi lainnya yang aktif di Turki dan sekitarnya sebagai teroris.
“Bagaimana kita bisa mempercayai mereka?” tuding Erdogan ke Swedia dan Finlandia.
Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengecam Finlandia dan Swedia karena tidak mengekstradisi tersangka yang dicari di Turki meskipun ada permintaan dari Ankara.
Orang-orang yang dicari itu dituduh memiliki hubungan dengan PKK atau gerakan Gulen, yang dipersalahkan oleh Turki atas upaya kudeta 2016 yang menewaskan ratusan orang.
Sebagai tanggapan, Menlu Finlandia, Pekka Haavisto, mengatakan meskipun dia terkejut dengan sikap Turki, dia tidak ingin tawar-menawar dengan Ankara.
Erdogan juga menargetkan Stockholm dalam sambutannya atas sanksi senjatanya terhadap Turki.
Swedia telah membekukan penjualan senjata ke Turki sejak 2019 karena operasi militer Ankara di negara tetangga Suriah.
Militer Turki telah melakukan beberapa operasi lintas-perbatasan di Suriah sejak 2016, menargetkan pejuang ISIL (ISIS) dan Kurdi yang dipandang sebagai “teroris” oleh Ankara.