News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Diduga Menahan 3.000 Pengungsi Mariupol di Penjara, Termasuk Relawan yang Kirim Bantuan

Penulis: Inza Maliana
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

François Mauld d'Aymée berpose di depan kendaraan tempur lapis baja di sebuah wilayah Donbass Ukraina Timur yang selama 8 tahun diserang pasukan Ukraina dan militan Azov.

TRIBUNNEWS.COM - Tentara Rusia diduga menahan lebih dari 3.000 warga sipil dari Kota Pelabuhan Mariupol yang terkepung di bekas koloni penjara di wilayah Donestk, Ukraina Timur.

Hal ini disampaikan oleh Ombudsman hak asasi manusia Ukraina, Lyudmyla Denisova.

Denisova yang juga Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Kebijakan Sosial Ukraina itu juga menyampaikan, tentara Rusia turut menahan 30 sukarelawan yang mengirimkan bantuan kemanusiaan ke kota itu.

Menurutnya, sebagian besar warga sipil itu sudah ditahan selama sebulan.

Tetapi, mereka yang dianggap 'sangat tidak bisa diandalkan' seperti mantan tentara dan polisi sudah ditahan selama dua bulan.

Baca juga: Nasib Ratusan Tentara Ukraina Tak Pasti Usai Menyerah, Dijamin Putin atau Terancam Hukuman Mati

Sebelumnya, tujuh bus yang membawa sejumlah tentara Ukraina yang menyerah dari pabrik baja Mariupol terlihat tiba pada hari Selasa di bekas koloni penjara nomor 120 dekat Olenivka.

Sementara, sebagian warga sipil yang ditahan berada di bekas penjara nomor 52, yang juga berada di dekat Olenivka.

Adapun, nasib dari para tentara Ukraina yang menyerah itu belum diketahui secara pasti.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan, dari 265 tentara yang menyerah, 51 tentara terluka parah.

Kemudian, 51 tentara tersebut dibawa ke rumah sakit di Novoazovsk di wilayah Donetsk yang memisahkan diri dari Ukraina.

Namun, tetap saja nasib mereka masih belum jelas.

Sementara, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar mengatakan, akan ada prosedur pertukaran untuk kepulangan ratusan tentara tersebut.

Tetapi, ia mengakui proses pemulangan ratusan tentara tersebut tidak mudah.

"Prosedur pertukaran akan dilakukan untuk kepulangan mereka, tetapi Zelenskyy memperingatkan bahwa pekerjaan membawa anak-anak itu pulang membutuhkan kehalusan dan waktu," ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.

Di sisi lain, Ketua Parlemen Rusia atau Ketua Duma Negara Rusia, Vyacheslav Volodin mengatakan akan mempertimbangkan pelarangan pertukaran tawanan perang Rusia dengan anggota resimen Azov Ukraina yang ditangkap.

Baca juga: RANGKUMAN Sejumlah Peristiwa yang Terjadi Selama Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-84

Baca juga: Bintang TikTok Ukraina Valeria Shashenok Ceritakan Kehidupan selama Perang

Sebab, ia menilai tentara tersebut 'penjahat Nazi' yang tidak boleh dimasukkan dalam pertukaran tahanan.

"Mereka adalah penjahat perang dan kita harus melakukan segalanya untuk membawa mereka ke pengadilan," katanya.

Bahkan, Situs Web Resmi Duma mengatakan, dia telah meminta komite pertahanan dan keamanan untuk menyiapkan instruksi untuk itu.

Hal ini mendapat dukungan dari Legislator Leonid Slutsky, salah satu negosiator Rusia dalam pembicaraan damai yang terhenti dengan Ukraina.

Menurut Slutsky, para tentara yang dievakuasi adalah "binatang dalam bentuk manusia" dan mengatakan mereka harus menerima hukuman mati.

"Mereka tidak pantas hidup setelah kejahatan mengerikan terhadap kemanusiaan yang telah mereka lakukan dan yang dilakukan terus menerus terhadap tahanan kami," katanya.

Menurut Ukraina, pihak Rusia itu telah salah saat menangkap fakta bahwa tentara tersebut adalah anggota resimen Azov, yang dibentuk sebagai milisi sukarelawan sayap kanan pada tahun 2014.

Padahal, tentara itu sendiri menyangkal sebagai neo-Nazi, dan Ukraina mengatakan resimen tersebut telah direformasi dan diintegrasikan ke dalam Garda Nasional.

Jaminan dari Presiden Putin

Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov (RT.COM)

Sementara itu, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov hanya mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin menjamin, para tentara Ukraian yang menyerah akan diperlakukan 'sesuai dengan standar internasional'.

Peskov menyebut para pejuang di pabrik baja Azovstal yang menyerah itu akan diperlakukan 'manusiawi'.

Peskov mengatakan, Putin secara pribadi telah menjamin hal itu akan terjadi.

Pernyataannya muncul setelah seorang anggota parlemen yang bertindak sebagai salah satu perunding Moskow dalam pembicaraan damai yang sekarang terhenti dengan Ukraina mengatakan, Rusia harus mempertimbangkan hukuman mati kepada mereka.

7 Bus yang Bawa Tentara Ukraina Tiba di Rusia

Tujuh bus yang membawa pejuang Ukraina yang bertahan selama berminggu-minggu melawan pasukan Rusia di pabrik baja Azovstal, tiba di kota Olenivka yang dikuasai Rusia dekat Donetsk, menurut seorang saksi mata Reuters

Dilansir Al Jazeera, kantor berita TASS mengatakan Komite Investigasi Rusia berencana untuk menanyai para tentara.

Banyak dari mereka adalah anggota Batalyon Azov, sebagai bagian dari penyelidikan atas apa yang disebut Moskow sebagai "kejahatan rezim Ukraina".

Baca juga: Rusia Sepakati Evakuasi Tentara Ukraina yang Terluka Dari Azovstal, Zelensky: Selamatkan Anak Kami

Baca juga: Perang Sengit di Pabrik Baja Azovstal Mariupol Berakhir, Ratusan Pasukan Ukraina Dievakuasi

Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan pejuang Ukraina yang membela Mariupol dari serangan Rusia mengubah arah perang dengan bertahan selama 82 hari.

Komentar Podolya disiarkan televisi menyebut pembicaraan tentang mengevakuasi lebih banyak orang dari pabrik baja Azovstal di kota itu.

Azovstal menjadi benteng pertahanan terakhir setelah berminggu-minggu pengepungan dan pemboman Rusia, sulit tetapi ada harapan mereka akan berhasil.

Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina

(Tribunnews.com/Maliana/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini