News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Elite Ukraina Ingin Hapus Total Segala Pengaruh dan Simbol Rusia

Penulis: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Resimen Azov Unjuk kekuatan di Kota Kharkiv, 11 Maret 2022.

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Mikhail Podoliak, satu di antara negosiator Ukraina, mengatakan dia ingin kata 'Rusia' dilupakan di wilayah Ukraina yang saat ini lepas dari kendali  Kiev.

Ia pun juga seperti menginginkan penghapusan mereka yang menyebut dirinya pihak berwenang di Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk yang diakui Rusia sebagai negara merdeka.

Berbicara kepada saluran ICTV Ukraina pada Kamis (19/5/2022), penasihat Presiden Volodymyr Zelensky itu menginginkan semua elemen kriminal di Donbass dilenyapkan secara fisik.

Langkah itu akan dilakukan jika militer Ukraina kembali merebut wilayah Donbass yang saat ini dikendalikan pasuan Rusia dan milisi bersenjata Donbass.

Baca juga: Curhat Komandan Batalyon Azov di Azovstal yang Terkepung Pasukan Rusia

Baca juga: Propaganda Ukraina dan Nasib Warga Sipil di Komplek Pabrik Baja Azovstal

Baca juga: Kesaksian Pekerja Azovstal: Operasi Rusia Satu-satunya Cara Akhiri Neraka Ala Azov

Baca juga: Media Barat Kompak Tutupi Sepak Terjang Batalyon Azov Neo-Nazi Ukraina

Podoliak mendefinisikan prioritas utama Ukraina saat ini adalah “membebaskan, dan melakukannya dengan cara sekeras mungkin kehadiran pasukan Rusia di Kherson dan Zaporozhye di selatan Ukraina.

Merebut kembali wilayah tersebut akan membantu Kiev mendapatkan kembali akses ke Laut Azov, sesuatu yang sangat dibutuhkan Ukraina.

Pejabat itu menambahkan dia ingin kata 'Rusia' dilupakan dan dimasukkan ke dalam sejarah di wilayah Kharkov, yang berbatasan dengan Rusia.

Pasukan Ukraina terus melakukan serangan balasan di Kharkov yang belum bisa sepenuhnya dikuasai pasukan Rusia.

Negosiasi damai antara Moskow dan Kiev, yang Podoliak telah ambil bagian secara aktif, dimulai pada akhir Februari, tak lama setelah Rusia menyerang negara tetangganya itu.

Beberapa putaran pembicaraan berlangsung di Belarus, serta melalui telekonferensi sepanjang Maret. Ada sedikit kemajuan di proses negosiasi ini.

Kedua delegasi bertemu di Istanbul pada 29 Maret 2022. Kepala negosiator Rusia, Vladimir Medinsky, mengklaim pada hari berikutnya Ukraina pada prinsipnya setuju jadi negara netral.

Mereka siap meninggalkan keinginannya mendapatkan senjata nuklir, dan untuk melakukan latihan pasukan hanya dengan persetujuan dari negara-negara penjamin, termasuk Rusia.

Namun, pada awal April, menyusul kabar dugaan pembunuhan massal di Bucha, Kiev menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang.

Negosiasi Buntu Sesudah Seri Istanbul 

Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan dugaan kejahatan terhadap warga sipil sangat memperumit dialog lebih lanjut.

Rusia membantah keras tuduhan itu, dan mengungkapkan operasi palsu oleh Ukraina guna memojokkan Rusia.

Tangkapan layar ini diperoleh dari video selebaran yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 17 Mei 2022, menunjukkan anggota layanan Ukraina saat mereka digeledah oleh personel militer pro-Rusia setelah meninggalkan pabrik baja Azovstal yang terkepung di kota pelabuhan Mariupol, Ukraina. (Photo by Handout / Russian Defence Ministry / AFP) (AFP/HANDOUT)

Moskow bersikeras peristiwa mengerikan di Bucha jadi panggung sandiwara oleh pasukan Ukraina untuk menjebak pasukan Rusia yang mundur.

Moskow juga mengklaim pejabat Ukraina sendiri telah menjauh dari beberapa poin penting yang disepakati di Istanbul.

Pada 12 April, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pembicaraan damai menemui jalan buntu, setelah Ukraina menolak mengakui Krimea bagian Rusia, dan Republik Donbass sebagai negara merdeka.

Pada awal Mei, surat kabar Ukraina, Ukrayinska Pravda, memuat laporan yang menunjukkan kunjungan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson ke Kiev pada 9 April.

Kunjungan Boris Johnson itu dianggap memberi energi baru kepemimpinan Ukraina dan meyakinkan mereka meninggalkan resolusi damai konflik Rusia-Ukraina.

Menurut outlet tersebut, mengutip pejabat yang dekat dengan Zelensky, Johnson menjelaskan barat menentang Ukraina menandatangani segala jenis perjanjian dengan Rusia.

Pada Kamis, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko mengindikasikan Rusia siap untuk memulai kembali pembicaraan.

Selain motif politik dan geopolitik, konflik Rusia-Ukraina dipertajam oleh meningkatnya kebencian bersifat rasial dari pihak nasionalis Ukraina.

Jejak kebencian itu bisa dilihat dari berbagai pernyataan dan bukti tak terbantahkan para tokoh Batalyon Azov yang neo-Nazi.

Kelompok bersenjata ultra nasionalis itu telah diintegrasikan ke Garda Nasional Ukraina pascaperistiwa Maidan 2014.

Maksim Zhorin, seorang perwira militer Ukraina yang pernah memimpin resimen neo-Nazi Azov menyombongkan diri di media sosial atas foto-foto anggota partai oposisi Ukraina yang ditemukan tewas.

Para aktivis oposisi "menghilang" dari kota Severodonetsk yang dikuasai Ukraina pada awal Maret. Mereka akhirnya ditemukan dan diduga kuat dieksekusi di luar hukum.

Komentar Fasis Perwira Ukraina

Maksim Zhorin dalam komentar-omentarnya di kanal Telegram menyiratkan nasib aktivis oposisi Ukraina akan serupa nasib yang dialami para "pengkhianat."

"Seperti inilah 'Patriots for Life' dari Severodonetsk sekarang," kata Zhorin dalam posting Telegram yang sekarang sudah dihapus pada Rabu (18/5/2022).

“Mereka menghilang pada 7 Maret, dan sekarang foto baru mereka telah muncul. Mereka terlihat seperti itu,” tambahnya dengan emoji wajah menyeringai.

“Saya tidak akan terkejut jika penyelidikan menemukan mereka menembak diri mereka sendiri di kepala – ketika mereka menyadari betapa bodohnya mereka ketika mereka bekerja sama dengan (Ilya) Kiva,” tambahnya.

Kiva adalah anggota parlemen Ukraina yang melarikan diri ke Rusia pada Januari, setelah permusuhan politik di Kiev meningkat drastis.

Jaksa di Kiev telah mendakwa Kiva, seorang kritikus vokal Presiden Volodymyr Zelensky, dengan pengkhianatan pada 6 Maret, sehari sebelum para aktivis di sekitarnya menghilang.

Postingan Zhorin menunjukkan wajah tiga pria dan wanita yang rusak parah, dalam kantong mayat. Mereka tampaknya telah dieksekusi di luar proses hukum dengan cara yang kejam.

Postingan itu muncul di kanal Telegram "Witch Hunt," sebelum dihapus. “Ukraina bahkan bukan abad pertengahan, itu ISIS,” tambah saluran itu, merujuk pada kelompok teroris Negara Islam (IS).

Severodonetsk menjadi pusat administrasi militer Ukraina untuk wilayah Lugansk yang disengketakan di timur negara itu.

Ini adalah benteng utama pasukan yang setia kepada Kiev dan saat ini menjadi lokasi pertempuran sengit lawan pasukan Rusia, serta pasukan Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.

Zhorin bukan sembarang anggota Azov, milisi bersenjata Ukraina yang telah mengadopsi lambing/symbol Nazi.

Dia bergabung dengan mereka pada 2014, di awal kekacauan di Ukraina, dan benar-benar memimpin unit tersebut dari Agustus 2016 hingga September 2017.

Biografi resminya mengatakan Zhorin mengambil bagian dalam pengambilan Mariupol dan Marinka dan selamat dari kekalahan 2014 di Ilovaisk.

Pada Oktober 2017, ia mendirikan cabang regional Kharkov dari sayap politik Azov, Korps Nasional, dan menjadi anggota komite pusat partai pada Januari 2020.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini