TRIBUNNEWS.COM - Para pekerja yang menggali di antara puing-puing menemukan 200 mayat di Mariupol, kata pihak berwenang Ukraina, Selasa (24/5/2022).
Mayat-mayat yang ditemukan di ruang bawah tanah sebuah gedung apartemen yang runtuh berada dalam kondisi membusuk dan bau busuk menyebar ke lingkungan itu, kata Petro Andryushchenko, penasihat wali kota itu.
Pengumuman penemuan mayat-mayat itu muncul tak lama setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia mengobarkan "perang total", berusaha menimbulkan sebanyak mungkin kematian dan kehancuran di negaranya.
"Memang, belum ada perang seperti itu di benua Eropa selama 77 tahun," kata Zelensky sebagaimana dikutip AP News.
Dia menunjuk serangan rudal yang menewaskan 87 orang pekan lalu di Kota Desna, 55 kilometer utara Kyiv, yang merupakan salah satu serangan tunggal paling mematikan dalam perang.
Baca juga: Sosok Viktor Yanukovych, Mantan Presiden Ukraina yang Dituduh Pengkhianat
Baca juga: Gambar Satelit Perlihatkan Kapal Rusia Memuat Gandum Ukraina di Krimea
"Dan itu hanya empat rudal," katanya, mencatat ratusan serangan semacam itu sejak awal serangan pada 24 Februari.
Perlawanan keras Ukraina, didukung oleh senjata Barat, telah menghambat pasukan Rusia, memaksa mereka untuk mengejar tujuan yang lebih terbatas.
Rusia sekarang fokus pada jantung industri timur Donbas, di mana pasukannya telah mengintensifkan upaya untuk mengepung dan merebut Sievierodonetsk dan kota-kota tetangga, kata otoritas militer Inggris, Selasa.
Itulah satu-satunya bagian dari wilayah Luhansk Donbas yang tetap berada di bawah kendali pemerintah Ukraina.
Pasukan Rusia telah mencapai "beberapa keberhasilan lokal" meskipun ada perlawanan kuat dari Ukraina di sepanjang posisi yang digali, kata Kementerian Pertahanan Inggris.
Tetapi jatuhnya Sievierodonetsk dan daerah sekitarnya dapat menyebabkan masalah logistik bagi Rusia.
"Jika garis depan Donbas bergerak lebih jauh ke barat, ini akan memperluas jalur komunikasi Rusia dan kemungkinan pasukannya menghadapi kesulitan pasokan logistik lebih lanjut," kata kementerian itu.
Dalam upayanya untuk mengamankan kemenangan di Donbas, Rusia telah menarik beberapa pasukan dari sekitar kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv.
Di sana, penduduk mengantre untuk mendapatkan jatah teh, gula, pasta, dan sereal, sambil mengulurkan kantong plastik untuk menerima cangkir tepung dan persediaan lainnya.