TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Operasi khusus Rusia yang bertujuan mendemiliterisasi Ukraina dan men-denazify kelompok bersenjata Azov, membuka agenda besar Eropa, NATO, dan terutama AS.
Negosiasi elite Ukraina dan Rusia sempat tergelar beberapa kali, yang hampir mencapai titik temu. Namun berbalik arah sesudah perundingan di Istanbul, Turki.
Inggris mendorong Ukraina melawan, disusul kunjungan PM Inggris Boris Johson, serta Menlu AS Anthony Blinken serta Menhan AS Lyoid Austin.
Dmitry Trenin, anggota Dewan Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan Rusia, menjelaskan apa agenda besar AS, NATO, dan Uni Eropa terhadap Rusia.
Artikel panjang yang ditulisnya dipublikasikan di situs Russia Today, Selasa (24/5/2022). Trenin menyebut AS ingin mengghancurkan Rusia secara ekonomi maupun militer.
Berikut tulisan Dmitri Trenin yang dialihbahasakan dengan penyesuaian konteks tanpa mengurangi subtansi konteksnya. Tulisan sama diterbitkan dalam bahasa Rusia di globalaffairs.ru.
***
Barat dan Rusia Temui Kebuntuan
Kebuntuan antara Rusia dan negara-negara barat, yang telah berkembang sejak 2014, meningkat menjadi konfrontasi aktif dengan dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina, pada akhir Februari.
Dengan kata lain, permainan politik telah berhenti, berubah menjadi peperangan, meskipun sejauh ini hibrida, karena konflik bersenjata di Ukraina tidak bersifat skala penuh saat ini.
Namun, bahaya peperangan meningkat ke arah bentrokan langsung Rusia dan barat tidak hanya ada, tetapi juga meningkat.
Tantangan yang dihadapi Rusia tidak ada bandingannya dalam sejarah negara itu. Rusia tidak memiliki sekutu atau bahkan mitra potensial yang tersisa di barat.
Perbandingan yang sering dilakukan terhadap situasi perang dingin pada pertengahan dan akhir abad ke-20 tidak akurat dan agak membingungkan.
Dalam hal globalisasi dan teknologi baru, bentuk konfrontasi modern tidak hanya dalam skala yang lebih besar dari sebelumnya, tetapi juga jauh lebih intens.