Saat Hari Kemenangan itu dirayakan, Maia Sandu mengaku tengah sakit. Namun hari berikutnya ia menemui Sekjen PBB Antonio Gutteres.
Posisi Moldova yang berada dekat perbatasan Ukraina dan Rusia menjadi sangat strategis. Uni Eropa telah menawarkan bantuan.
Sementara AS sebagai pemimpin NATO, menyatakan siap memasok senjata ke Moldova. Hal itu disampaikan Gregory Meeks, Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR AS.
Meeks membuat pernyataan pada konferensi pers di Chisinau pekan lalu, saat ia menjadi bagian delegasi anggota parlemen AS untuk berbicara dengan pejabat tinggi dari Moldova.
“Kita perlu berbicara dengan pemerintah Moldova. Kita harus memastikan kita setuju dengan apa yang perlu dilakukan,” kata tokoh Demokrat New York itu.
Ia merujuk gagasan kemungkinan pengiriman senjata AS ke bekas republik Soviet itu.
“Saya tidak ingin melampaui apa yang diminta dan diminta pemimpin Moldova. Saya pikir perlu ada dialog, percakapan antara kedua negara kita,” tambahnya.
“AS akan mendukung Moldova,” kata Meeks, menambahkan persatuan dan kerja sama seperti itu adalah alasan mengapa Ukraina berhasil dan kawasan ini akan berhasil.
Sementara Inggris sudah lebih maju, tengah melanjutkan pembicaraan untuk mempersenjatai tetangga Ukraina itu.
Pada Jumat, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengungkapkan London ingin melihat Moldova dilengkapi (senjata) standar NATO.
“Negara kecil itu bisa menjadi korban ambisi Vladimir Putin untuk menciptakan Rusia yang lebih besar,” klaim Liz Truss.
Moldova adalah negara berpenduduk 2,6 juta orang, terjepit di antara Ukraina dan Rumania.
Selama ini Moldova memiliki netralitas yang diabadikan dalam konstitusinya. Negara ini bukan anggota UE atau NATO, dan dianggap sebagai salah satu negara termiskin di Eropa.
Selama konflik Rusia dan Ukraina, telah terjadi ledakan dan provokasi lain di wilayah Transnistria yang memisahkan diri dari Moldova.