“Tetapi, kenyataannya, Eropa telah merasakan semua konsekuensi manis dari sanksi anti-Rusia – inflasi, hiperinflasi, kenaikan harga bahan bakar, perumahan, utilitas, makanan, barang sehari-hari, pemutusan hubungan kerja,” katanya.
Rusia Juga Bakal Terpengaruh
Dia mengakui Rusia juga menderita karena pembatasan yang menurut istilahnya "bodoh", tetapi, perbedaannya, Rusia memiliki tujuan yang mulia.
“Kita harus menemukan jawaban atas upaya untuk membatasi perkembangan negara kita,” jelas Medvedev.
Rusia harus siap untuk sanksi yang akan tetap berlaku untuk waktu yang lama.
“Kami memahami sanksi ini … akan menjadi salah satu cara sistemik untuk memperjuangkan kepemimpinan dunia dan melawan pembangunan negara kami, dan ini akan berlanjut untuk waktu yang sangat, sangat lama,” tegasnya.
Sebagai contoh pembatasan yang sudah berlangsung lama, ia merujuk pada Amandemen Jackson-Vanik 1974 yang terkenal.
Itu ketentuan undang-undang federal AS yang membatasi perdagangan negara dengan ekonomi non-pasar – yang bertahan selama empat dekade dan dicabut pada 2012, hanya untuk digantikan sanksi berikutnya.
“Kita dapat membayangkan tingkat hiruk-pikuk, kekakuan, dan keteguhan di mana pembatasan ini akan diterapkan,” kata Medvedev.
Rusia, tambah Medvedev, harus hidup dalam kondisi seperti itu untuk waktu yang sangat, sangat lama, terlepas dari pemerintahan mana yang berkuasa di AS dan Eropa.
Menurut Medvedev, sanksi tersebut merupakan tantangan yang jauh lebih sulit daripada pandemi.
Dia menjelaskan sementara seluruh dunia memerangi Covid, tidak ada perbedaan ideologis yang begitu jelas.
“Apa yang terjadi sekarang adalah cerita yang sama sekali berbeda,” tegasnya.
Pernyataan mantan presiden itu muncul setelah pemimpin Rusia saat ini, Vladimir Putin, memperingatkan "obsesi sanksi" yang dibuat barat.