TRIBUNNEWS.COM, PARIS – Di bagian pertama tulisan, Kolonel (Purn) Jacques Baud secara rinci dan runtut membeberkan sebab musabab mengapa Rusia menggelar operasi militer khusus ke Rusia.
Purnawirawan intelijen itu bertahun-tahun ditugaskan di Mali, Rwanda, Afghanistan, hingga Ukraina. Ia bekerja untuk PBB pada tugas-tugas menjaga perdamaian di medan konflik.
Artikel Jacques Baud dipublikasikan di situs thepostilcom awal bulan lalu. Ini situs majalah The Postil Magazine yang peduli pada isu perdamaian dan keamanan dunia.
Di bagian kedua tulisannya, Jacques Baud mengungkapkan fakta-fakta awal pecahnya peperangan, tentang misi Rusia melenyapkan kelompok neo-Nazi dan antisemit di Ukraina.
Baca juga: Eks Perwira Intel Swiss Ini Beberkan Kronologi Rinci Konflik Rusia-Ukraina (BAGIAN I)
Baca juga: Wawancara Scott Ritter: Penguasaan Azovstal Kemenangan Mengesankan Rusia
Baca juga: Russel Bentley Sebut Penyerahan Azovstal Runtuhkan Moral Tempur Ukraina
Kronologi Awal Pecahnya Perang
Sebagai mantan kepala pasukan Pakta Warsawa di dinas intelijen strategis Swiss, saya sedih mengamati—tetapi tidak heran— dinas intelijen kami tidak lagi dapat memahami situasi militer di Ukraina.
Para “pakar” berparade di layar (televisi) kami tanpa lelah menyampaikan informasi yang sama yang dimodulasi oleh klaim Rusia—dan Vladimir Putin—tidak rasional. Mari kita mundur selangkah.
Sejak November 2021, Amerika terus-menerus menarasikan ancaman invasi Rusia ke Ukraina. Namun, Ukraina tampaknya tidak setuju. Kenapa tidak?
Kita harus kembali ke 24 Maret 2021. Pada hari itu, Volodymyr Zelensky mengeluarkan dekrit untuk merebut kembali Krimea.
Ia mulai mengerahkan pasukannya ke selatan negara itu. Pada saat yang sama, beberapa latihan NATO dilakukan antara Laut Hitam dan Laut Baltik, disertai peningkatan signifikan penerbangan pengintaian di sepanjang perbatasan Rusia.
Rusia kemudian melakukan beberapa latihan untuk menguji kesiapan operasional pasukannya, dan untuk menunjukkan mereka mengikuti perkembangan situasi.
Situasi menjadi tenang hingga Oktober-November dengan berakhirnya latihan ZAPAD 21, yang gerakan pasukannya ditafsirkan sebagai penguatan untuk serangan terhadap Ukraina.
Namun, pihak berwenang Ukraina menepis kabar persiapan Rusia untuk perang, dan Oleksiy Reznikov, Menteri Pertahanan Ukraina, menyatakan tidak ada perubahan di perbatasannya sejak musim semi.
Melanggar Perjanjian Minsk, Ukraina melakukan operasi udara di Donbass menggunakan pesawat tak berawak, termasuk setidaknya satu serangan terhadap depot bahan bakar di Donetsk pada Oktober 2021.