TRIBUNNEWS.COM - Wali Kota Severodonetsk, Oleksandr Stryuk, mengatakan sedikitnya 1.500 orang telah tewas akibat serangan Rusia.
Sementara itu, hanya 12 yang dapat dievakuasi pada Kamis (26/5/2022).
Diketahui, Severodonetsk merupakan pusat pertempuran sengit di timur Ukraina.
Oleksandr Stryuk mengatakan sekitar 12.000 hingga 13.000 orang masih tinggal di kota di mana 60 persen bangunan tempat tinggal telah hancur, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Severodonetsk adalah satu-satunya bagian dari wilayah Luhansk di Donbas di bawah kendali pemerintah Ukraina.
Baca juga: Eks Perwira Intel Swiss Ini Beberkan Kronologi Rinci Konflik Rusia-Ukraina (BAGIAN I)
Baca juga: Mantan Jenderal NATO Sebut Putin dan Rusia Punya Waktu 9 Bulan Menangkan Perang
Pasukan Rusia telah berusaha untuk memutuskannya dari sisa wilayah yang dikuasai Ukraina.
Stryuk mengatakan Ukraina bertahan meskipun kelompok pengintai dan sabotase Rusia masuk ke sebuah hotel kota.
Dia mengatakan jalan utama antara kota tetangga Lysychansk dan Bakhmut di barat daya tetap terbuka, tetapi perjalanan berbahaya.
Orang Terkaya Ukraina Gugat Rusia
Orang terkaya Ukraina, Rinat Akhmetov mengatakan berencana menuntut Rusia atas kerugian yang disebabkan oleh pemboman pabrik baja miliknya di kota Mariupol.
Dia menyebutkan mengalami kerugian sebesar US$17 miliar hingga US$20 miliar.
Akhmetov merupakan produsen baja terbesar Ukraina Metinvest.
Pabrik baja Azovstal mengalami kerusakan parah akibat pemboman dan penembakan Rusia setelah pabrik yang luas itu menjadi benteng pertahanan terakhir di kota pelabuhan selatan.
Pabrik Baja dan Besi Illich, yang juga dimiliki oleh Rinat Akhmetov, juga rusak parah selama penembakan Rusia di Mariupol.
"Kami pasti akan menuntut Rusia dan menuntut kompensasi yang layak untuk semua kerugian dan bisnis yang hilang," kata Akhmetov, sebagaimana dikutip dari CNA.
Baca juga: Rusia Uji Coba Proyek Rubel Digital Pada April 2023 Mendatang
Baca juga: Terus Ditekan Barat, Serbia Tegas Takkan Ikut-ikutan Sanksi Rusia
Rinat pun mengungkap soal berapa banyak uang yang hilang Metinvest karena kerusakan Azovstal dan Illich.
"Biaya penggantian ... karena agresi Rusia adalah dari US$17 hingga US$20 miliar. Jumlah akhir akan ditentukan dalam gugatan terhadap Rusia," kata dia.
Miliarder Akhmetov telah melihat kerajaan bisnisnya hancur sebelum perang oleh delapan tahun pertempuran di timur Ukraina setelah separatis pro-Rusia mengambil alih petak-petak wilayah di sana.
Sejak invasi Rusia pada 24 Februari, Metinvest telah mengumumkan tidak dapat memberikan kontrak pasokannya.
Sementara Grup SCM keuangan dan industri Akhmetov melayani kewajiban utangnya, produsen listrik swastanya DTEK telah merestrukturisasi portofolio utangnya, katanya.
Akhmetov mengatakan dia tetap di Ukraina sejak perang dengan Rusia dimulai.
"Kami percaya pada negara kami dan percaya pada kemenangan kami," tambahnya.
(Tribunnews.com/Yurika)