Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jumlah total tanda terima dan aplikasi palsu yang diketahui oleh Badan Administrasi Bisnis Kecil dan Menengah (UKM Jepang) adalah sekitar 1,2 miliar yen, diterima penipu yang masih dikejar kepolisian Jepang.
Meskipun demikian jumlah total yang dikembalikan secara sukarela oleh penerima karena merasa tidak pantas, lebih dari 16,6 miliar yen. Mereka menganggap sebenarnya baru sadar kalau persyaratan penerimaan tidak terpenuhi setelah menerima uang subsidi pemerintah itu.
"Saya pikir itu hal yang buruk, dan itu tidak sepadan, walau telah menerima subsidi pemerintah itu karena baru sadar ternyata sebenarnya tidak sesuai keinginan pemerintah. Saya pikir itu menjadi seperti menipu negara dan saya akan mengganggu keluarga saya dan orang lain ketika saya berada di penjara untuk hal terburuk dalam hidup saya di masa depan. Itulah sebabnya saya kembalikan uang subsidi satu juta yen yang telah saya terima," ungkap sumber Tribunnews.com Kamis (2/6/2022) yang mengaku telah mengembalikan uang subsidi itu ke pemerintah.
Banyaknya pengembalian uang subsidi tersebut karena polisi mulai menangkapi orang yang memalsukan aplikasi permintaan bantuan subsidi pemerintah 1-2 juta yen per perusahaan kecil menengah (UKM) di Jepang belakangan ini.
Apalagi kasus Mitsuhiro Taniguchi (47) dan kabur ke Indonesia sejak Oktober 2020, yang berhasil menipu pemerintah mendapatkan subsidi 960 juta yen atas aplikasi dari sekitar 1800 orang yang mendapatkan subsidi tidak sah itu.
“Mulai sekarang, saya pikir akan banyak orang tahu bahwa aneh untuk mendapatkan 1 juta yen dibayar untuk bisnis meskipun saya tidak melakukan bisnis, tetapi mudah untuk mendapatkan uang. Tapi ada banyak orang yang tidak punya uang, juga akan menerima begitu saja mungkin. Saya pikir rasa manis semacam itu menyebabkan insiden seperti kasus Taniguchi. Namun kalau sadar bahwa yang diterima adalah hasil penipuan, mungkin dia akan mengembalikan uang tersbeut." tambahnya.
Mikio Uehara, seorang pengacara Jepang yang akrab dengan penerimaan ilegal dari keuntungan memberikan komentar berikut.
"Pelakunya biasanya adalah diperkenalkan dari seseorang yang Anda percaya, dan Anda tergoda untuk menerima uang tersebut. Apalagi kalau disebutkan 'Semua orang melakukannya' atau 'Jika Anda tidak melamar, negara akan menolaknya, jadi tidak apa-apa.' Begitu kira-kira rayuan sang penipu. "
Ditambahkan Uehara pula, bahwa ada banyak ajakan menggunakan seminar yang digunakan oleh Taniguchi dan lain-lainnya kali ini.
"Mungkin itu seminar untuk mengajari Anda bagaimana menjadi kaya. Setiap hari, Anda dipandu oleh grup SNS dan lainnya untuk berbicara tentang proyek investasi dan menghasilkan uang. Pasti ada kasus penipuan manfaat berkelanjutan di dalamnya.”
Operasi Taniguchi bersama isteri dan dua anak lakinya diungkapkan kepolisian baru-baru ini.
Taniguchi mencari mangsa, isteri (Rie) dan anak lelaki pertamanya (Daiki) mengelola administrasi, menyiapkannya lewat internet, dan anak lelaki keduanya yang tahun 2020 masih 19 tahun (Red.: hukum Jepang belum dewasa sehingga nama disembunyikan) menyampaikan aplikasi ke badan UKM Jepang.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif . Tak lupa cash in back Rp.10 juta bagi murid Pandan College. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.