Weibo, platform mirip Twitter milik China, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah memblokir 992 akun untuk pelanggaran termasuk dengan sengaja memprovokasi konfrontasi gender ketika membahas serangan Tangshan, Sabtu.
Akun resmi Weibo membagikan beberapa unggahan dari pengguna yang mereka blokir, termasuk bahasa kasar dan menghina terhadap wanita China.
Unggahan Weibo lain yang disensor yang ditangkap oleh CNN, berasal dari pengguna yang menyuarakan keprihatinan tentang kekerasan terhadap perempuan dan mendesak orang untuk terus angkat bicara.
Beberapa laporan media pemerintah yang pada awalnya meremehkan tindakan pelecehan seksual pria itu dan hanya menggapnya sebagai upaya memulai percakapan, menarik reaksi dari pembaca wanita.
Pihak berwenang dan media pemerintah telah berusaha menggambarkan serangan itu sebagai peristiwa yang terisolasi, mengalihkan fokus dari masalah gender ke kekerasan geng lokal.
Diketahui, lima dari tersangka memiliki catatan kriminal, mulai dari pelanggaran penahanan ilegal hingga melukai orang lain dengan sengaja, menurut Radio Nasional China yang dikelola pemerintah.
Pada hari Minggu, pihak berwenang Tangshan meluncurkan kampanye dua minggu untuk menindak kejahatan terorganisir.
Baca juga: China Bertekad Hentikan Taiwan Deklarasikan Kemerdekaan, Minta Amerika Tak Usah Ikut Campur
Baca juga: Viral, Pria Dilabrak Istri Saat Hendak Akad Nikah dengan Wanita Lain, Sempat Minta RT Jadi Saksi
Lv Pin, seorang feminis Tiongkok terkemuka yang sekarang berbasis di New York, mengatakan dengan melepaskan serangan Tangshan dari lensa gender, pemerintah China menjauhkan diri dari tanggung jawab yang seharusnya diambil karena gagal mengatasi masalah ketidaksetaraan gender dan kekerasan di masyarakat.
"Jika kita berbicara tentang masalah sistematis, tanggung jawab harus berada di pemerintah. Tapi sekarang, pemerintah menggunakan tindakan kerasnya (pada kejahatan terorganisir) untuk menopang legitimasinya. Jenis tindakan keras gaya kampanye ini tidak akan mengatasi masalah kekerasan gender," katanya.
Feng Yuan, pendiri kelompok advokasi hak-hak perempuan yang berbasis di Beijing, Equality, mengatakan untuk menghilangkan kekerasan gender yang sistematis, China harus mulai dengan memasukkan lebih banyak konten tentang kesetaraan gender dalam pendidikan.
"Ini bukan hanya tentang mengajarkan slogan dan konsep abstrak kepada anak-anak, tetapi menunjukkan kepada mereka bagaimana menerapkannya dalam kehidupan nyata seperti menunjukkan rasa saling menghormati satu sama lain," katanya.
Penegakan hukum juga harus melepaskan kepasifannya dalam menangani kasus-kasus yang melibatkan kekerasan gender, kata Feng.
"Dalam banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga, respons polisi seringkali asal-asalan, sementara sejumlah besar kasus kekerasan seksual dengan mudah diberhentikan dengan alasan tidak cukup bukti," katanya.
Hukuman yang relatif ringan untuk kekerasan gender juga gagal menghalangi para pelanggar.