TRIBUNNEWS.COM - Seorang pencari suaka yang dijadwalkan dalam penerbangan deportasi pertama Inggris ke Rwanda, mengaku dirinya dipukul, ditendang dan didorong oleh petugas keamanan saat berada dalam tahanan.
Dilaporkan Sky News, Zahir, bukan nama sebenarnya, melarikan diri dari Irak dan tiba di Inggris pada Maret lalu.
Namun ia diberitahu akan dideportasi karena adanya kebijakan migrasi baru dari pemerintah Inggris.
Inggris menjalin kesepakatan dengan Rwanda untuk mengirimkan para pengungsi yang tidak diinginkan ke negara tersebut.
Sebelum dideportasi, Zahir ditahan di pusat penahanan Colnbrook House dekat Bandara Heathrow sambil menunggu untuk naik ke penerbangan pertama ke Rwanda.
Penerbangan itu tiba-tiba dihentikan pada hari Selasa (14/6/2022) lalu.
Baca juga: Penjelasan Krisis Pengungsi di Inggris ke Rwanda: Kebijakan Deportasi hingga Kontroversinya
Berbicara kepada Sky News, Zahir menceritakan bagaimana petugas keamanan, yang bekerja untuk perusahaan swasta Mitie, memasuki ruang penahanannya dan memegang tangan dan kakinya.
"Mereka ada 4 orang, dua memegang tangan saya, yang lain memegang kaki saya, dan satu memegang kepala saya," katanya.
Zahir memberi tahu petugas bahwa dia akan menurut dan ikut dengan mereka, sehingga mereka tidak perlu menggunakan kekerasan.
"Tetapi mereka memukul kami, menendang kami dan mereka mendorong kami melewati pintu," tambahnya.
Zahir mengatakan dia kemudian dimasukkan ke dalam sebuah van dan diberitahu bahwa jika dia banyak bergerak, dia akan diikat.
"Saat sampai di bandara, saya melihat teman-teman saya. Kaki mereka diikat - mereka berempat (petugas keamanan) yang mengikatnya," katanya.
Pria berusia 25 tahun itu menempuh perjalanan 3.500 mil melalui Turki dan Eropa setelah melarikan diri dari Irak.