Penguatan greenback membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, membatasi permintaan.
Namun menurut laporan Tribunnews pada Kamis (16/6/2022), setelah mengalami penurunan tajam hingga membuat harga minyak tergelincir lebih dari dua persen, harga minyak mentah di pasar global kembali rebound.
Kenaikan ini terjadi pada Kamis pagi (16/6/2022) dimana perdagangan minyak mentah berjangka Brent naik sebesar 0,7 persen, menjadi 119,28 dolar AS per barel pada pukul 0400 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,9 persen menguat diharga 116,33 dolar AS per barrel.
"Secara keseluruhan merupakan sesi yang bergejolak di hampir semua pasar kemarin, namun penurunan harga minyak hanya akan berumur pendek " kata Howie Lee, seorang ekonom di bank OCBC Singapura.
Dampak kepada Indonesia
Menurut analis Pasar Uang Ariston Tjendra, ia memprediksi rupiah akan tertekan hingga sesi penutupan hari ini.
Ia menilai, keputusan agresif The Fed menaikkan suku bunga adalah penyebab utama pelemahan mata uang rupiah.
"Iya rupiah kelihatannya masih tertekan terhadap dollar AS hari ini. Mungkin masih melemah ke Rp 14.750," kata Ariston saat dihubungi Tribunnews, Kamis (16/6/2022).
Ia mengatakan, The Fed masih membuka wacana akan menaikkan kembali suku bunga acuan sebesar 75 bp di Juli.
"Jadi the Fed masih akan tetap agresif mengetatkan kebijakan moneternya," ujarnya.
Namun kenaikan suku bunga Bank Sentral AS berimbas positif terhadap bursa global, termasuk Indonesia.
Menurut laporan Tribunnews, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,62 % atau 113,611 poin ke level 7.120,661 pada perdagangan sesi I Kamis siang.
Tercatat 284 saham naik yang membuat IHSG melesat, 148 saham turun, dan 140 saham stagnan.
Total volume perdagangan 18,19 miliar saham dengan nilai transaksi capai Rp 9,9 triliun.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani/Reynas Abdila/Hendra Gunawan/Namira Yunia Lestanti)