Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Wanita Jepang pertama dan satu-satunya yang menjadi pemandu safari dan diakui secara resmi oleh pemerintah Afrika Selatan. Itulah Yuka Ota (27) yang diwawancarai khusus oleh Tribunnews.com Kamis kemarin (16/6/2022).
"Saya harus sekolah satu tahun saat itu lalu ikut ujian pula dan lulus dapat sertifikat resmi sebagai pemandu safari di Afrika Selatan ini," papar Ota.
Sejak kecil kelas 5 Sekolah dasar pun Ota sudah sangat suka dengan binatang dan alam. Namun tentu dalam usianya 11 tahun dia belum bisa banyak berbuat apa pun karena juga dibatasi usia pula.
Duduk di bangku sekolah menengah atas, keinginan kuatnya menyelami alam dan isinya terutama hewannya semakin kuat.
Masuk universitas lulus jurusan pariwisata di Jepang lalu pindah ke Afrika Selatan dengan maksud sekolah pemandu safari.
"Awalnya sih orang tua mengijinkan karena untuk sekolah satu tahun. Eh lama-lama keterusan semakin suka tinggal di Afrika Selatan tidak pulang ke Jepang sudah hampir 7 tahun tinggal di Afrika Selatan saat ini."
Ota yang pernah ke pulau Bintan Indonesia di masa lalu mengakui senang sekali berada di Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei.
"Kalau ada kesempatan internship misalnya sebulan di taman safari Indonesia mau juga saya ke sana mempelajari hewan dan alam yang ada di Indonesia, pasti indah sekali."
Ota bekerja sebagai freelance di Taman Nasional Kruger di Limpopo, timur laut Afrika Selatan, kami berbagi kamar dengan rumah di dekatnya.
Bersama 7 lelaku pemandu safari hanya dia satu-satunya wanita yang tinggal di sharing house tersebut di Afrika Selatan.
"Itu kalau lagi antri ke kamar mandi, kadang tak ada ampun deh saya harus menunggu pula, tak ada Lady's first. Jadi ingin sekali saya memiliki kamar mandi atau kamar kecil khusus untuk wanita sebenarnya," paparnya lagi sambil tertawa semakin cantik dipandang.
Ota menyukai binatang sejak kecil, dan impian nya memang untuk bekerja melindungi binatang liar.
"Ketika saya di tahun kedua kuliah, saya berpartisipasi dalam sukarelawan konservasi lingkungan untuk pertama kalinya di sabana Afrika selama tiga minggu. Kini sudah enam setengah tahun."
Jumlah wanita Jepang yang ingin menjadi pemandu safari meningkat karena mereka telah ditampilkan di media selama beberapa tahun terakhir ini. Ada juga orang yang benar-benar mendapatkan kualifikasi saat menyambung ke sekolah.