TRIBUNNEWS.COM - Orang-orang yang selamat dari musibah gempa bumi di Afghanistan melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan diri.
Penduduk desa-desa di Afghanistan timur menggunakan tangan kosong untuk menggali jalan keluar.
Di distrik Gayan, Provinsi Paktika, penduduk desa berdiri di atas batu bata lumpur di mana dulu rumah mereka ada di sana.
Yang lain dengan hati-hati berjalan melalui lorong-lorong tanah, mengangkat reruntuhan dinding dan balok kayu untuk membuat jalan keluar.
Gempa berkekuatan 6,1 skala richter (SR) yang mengguncang Afghanistan pada Rabu (22/6/2022) pagi, adalah yang paling mematikan di negara itu dalam dua dekade.
Baca juga: Pemerintah Indonesia Sampaikan Duka Cita Atas Musibah Gempa Bumi di Afghanistan
Korban tewas akibat bancana alam itu mencapai 1.000 jiwa dan para pejabat mengatakan jumlah korban bisa meningkat.
Diperkirakan 1.500 orang dilaporkan terluka, kata kantor berita pemerintah.
Tingkat kehancuran penuh di antara desa-desa yang terselip di pegunungan lambat mendapatkan penanganan.
Jalan-jalan, yang rusak dan sulit untuk dilalui dalam keadaan terbaik, mungkin telah rusak parah, dan tanah longsor akibat hujan baru-baru ini membuat akses menjadi lebih sulit.
Sementara bangunan modern menahan gempa di tempat lain, rumah-rumah berlumpur dan bata di Afghanistan dan pegunungan yang rawan longsor membuat gempa seperti itu bahkan lebih berbahaya.
Tim penyelamat bergegas masuk dengan helikopter, tetapi upaya bantuan dapat terhambat oleh eksodus banyak lembaga bantuan internasional dari Afghanistan setelah pengambilalihan Taliban Agustus lalu.
Selain itu, sebagian besar pemerintah khawatir berurusan langsung dengan Taliban.
Sebagai tanda kerja yang kacau antara Taliban dan seluruh dunia, pemerintah yang berkuasa itu tidak secara resmi meminta agar PBB memobilisasi tim pencarian dan penyelamatan internasional atau mendapatkan peralatan dari negara-negara tetangga untuk melengkapi beberapa lusin ambulans dan beberapa helikopter, kata Ramiz Alakbarov, wakil khusus PBB untuk Afghanistan.
Namun, para pejabat dari beberapa badan PBB mengatakan Taliban memberi mereka akses penuh ke daerah itu.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menulis di Twitter bahwa delapan truk makanan dan kebutuhan lainnya dari Pakistan tiba di Paktika.
Baca juga: Gempa Afghanistan: Taliban Minta Tolong, 1.000 Orang Tewas, Masih Ada Korban Tertimbun Puing
Dia juga mengatakan dua pesawat bantuan kemanusiaan dari Iran dan satu lagi dari Qatar telah tiba di negara itu, Kamis (23/6/2022).
Memperoleh lebih banyak bantuan internasional langsung mungkin lebih sulit terjadi.
Sebab, banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS), menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Afghanistan melalui PBB dan organisasi semacam itu untuk menghindari menyerahkan uang ke tangan Taliban.
Dalam buletin berita Kamis, televisi pemerintah Afghanistan menyatakan Presiden AS Joe Biden menyampaikan belasungkawa atas gempa dan telah menjanjikan bantuan.
Biden pada hari Rabu memerintahkan USAID dan mitra pemerintah federal lainnya untuk menilai opsi tanggapan AS untuk membantu mereka yang paling terkena dampak, kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Lebih lanjut, gempa hari Rabu berpusat di Provinsi Paktika, sekitar 50 kilometer barat daya Kota Khost, menurut Departemen Meteorologi Pakistan.
Para ahli memperkirakan kedalamannya hanya 10 kilometer.
Gempa dangkal cenderung menyebabkan lebih banyak kerusakan.
Jumlah korban tewas yang dilaporkan oleh kantor berita Bakhtar sama dengan gempa tahun 2002 di Afghanistan utara.
Itu adalah yang paling mematikan sejak 1998, ketika gempa yang juga berkekuatan 6,1 SR dan getaran berikutnya di timur laut terpencil menewaskan sedikitnya 4.500 orang.
Gempa hari Rabu terjadi di wilayah yang rawan longsor, dengan banyak bangunan tua yang lebih lemah.
Di distrik Speray Provinsi Khost yang juga mengalami kerusakan serius, para pria berdiri di atas tempat yang dulunya merupakan rumah lumpur.
Gempa telah merusak balok kayunya.
Orang-orang duduk di luar di bawah tenda darurat yang terbuat dari selimut yang tertiup angin.
Para penyintas dengan cepat mempersiapkan jenazah di distrik itu, termasuk anak-anak dan bayi, untuk dimakamkan.
Para pejabat khawatir lebih banyak orang tewas akan ditemukan dalam beberapa hari mendatang.
"Sulit untuk mengumpulkan semua informasi yang tepat karena itu adalah daerah pegunungan," kata Sultan Mahmood, Bupati Speray, sebagaimana dikutip The Associated Press.
"Informasi yang kami miliki adalah apa yang kami kumpulkan dari penduduk daerah ini," tambahnya.
Baca juga: Berita Foto : Duka Korban Gempa Bumi Afghanistan yang Tewaskan 1000 Orang
Baca juga: Gempa Guncang Afghanistan, Kemenlu RI Pastikan Tidak Ada Korban WNI
(Tribunnews.com/Rica Agustina)