"Jika fasilitas penyimpanan di Jerman secara matematis 100 persen penuh, kita bisa melakukannya tanpa gas Rusia sepenuhnya, hanya sekitar dua setengah bulan dan kemudian tangki penyimpanan akan kosong," katanya dalam program Maybrit Illner pada Kamis.
Untuk mempersiapkan krisis ini, Jerman perlu menghemat gas dan dengan cepat mendiversifikasi pemasoknya.
"Sebagian besar skenario tidak bagus dan berarti terlalu sedikit bensin pada akhir musim dingin, atau bahkan – dan itu adalah situasi yang sangat rumit – di musim gugur atau musim dingin," imbuhnya.
Rusia Pangkas Pasokan Gas ke Eropa
Rusia mulai mengurangi pasokan gas ke negara-negara di Eropa.
Menurut The Guardian, selama seminggu terakhir ini Gazprom, perusahaan migas negara Rusia, telah memotong pasokan ke pipa gas alam utama Eropa, Nord Stream 1, sebesar 60 persen .
Hal ini telah memicu pemotongan pasokan di Italia, Austria, Republik Ceko, dan Slovakia.
Hal serupa juga terjadi kepada Polandia, Bulgaria, Prancis, dan Belanda.
Sebelum perang, Rusia merupakan pemasok 40 % gas di Eropa.
Oleh karena itu, mengganti atau mendapatkan pemasok gas alternatif dalam waktu yang cepat hampir tidak mungkin dilakukan.
Baca juga: Pasukan Ukraina Mundur, Apa Arti Kemenangan Rusia di Severodonetsk?
Baca juga: Rusia Rekrut Pekerja Konstruksi, Guru hingga Politisi untuk Bangum Kembali Ukraina
Negara-negara Eropa berlomba untuk mengisi penyimpanan gas mereka di awal tahun.
Penyimpanan gas alam bawah tanah Eropa mencapai 57 % .
Komisi Eropa telah meminta setiap negara untuk mencapai penyimpanan 80 % pada awal November, dengan Jerman menargetkan 90 % pada titik yang sama.
Namun, tanpa gas Rusia, target tersebut akan sulit dipenuhi.
"Satu-satunya cara mereka mendekati target adalah dengan membayar harga yang sangat tinggi. AS mengirim LNG ke Eropa melalui Asia karena negara-negara di Eropa membayar lebih," kata analis minyak dan gas Investec, Nathan Piper.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)