TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin G7 bercanda mengenai foto legendaris Vladimir Putin dalam pertemuan mereka di Bavaria, Minggu (26/6/2022).
Ledekan mengenai foto Putin terjadi di tengah isu sang pemimpin Rusia menyetujui kiriman rudal berkemampuan nuklir ke Belarus untuk menyerang Kyiv.
PM Inggris Boris Johnson meledek tentang aksi 'menunggang kuda telanjang' untuk menunjukkan bahwa mereka lebih tangguh dari Rusia.
Kemudian, Boris juga menyindir bahwa mereka perlu memamerkan otot-ototnya kepada Rusia.
Arti ledekan itu seakan menegaskan bahwa para pemimpin G7 akan mengambil langkah tegas untuk melawan Rusia.
Ledekan mengenai Putin itu terjadi sebelum pembicaraan puncak pada Senin (27/6/2022) hari ini.
Bahkan, PM Kanada Justin Trudeau dan Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen ikut meledek Putin saat duduk bersama di Bavaria.
Baca juga: Putin Lakukan Perjalanan Luar Negeri Pertama Sejak Invasi ke Ukraina, Lalu Bertemu Jokowi di Moskow
Awalnya, ledekan itu terjadi saat kamera menyoroti mereka ketika berkumpul di tengah meja.
Kemudian, Boris menanyakan apakah jaket yang ia kenakan harus dilepas.
"Jaket dilepas? Haruskah kita melepas jaket kita?" kata Boris, dikutip dari Daily Mail.
Lalu Trudeau menyarankan untuk tidak melepaskannya dan menunggu sampai foto resmi pertemuan mereka dilakukan, meskipun ruangannya panas.
Boris kemudian mulai menyindir bahwa mereka harus lebih tangguh dari Putin.
"Kita harus menunjukkan bahwa kita lebih tangguh daripada Putin," ujar Boris yang menimpali Trudeau.
Lelucon itu terus bergulir dengan Trudeau menyinggung soal foto legendaris Putin pada 2019 yang saat itu sedang menunggang kuda tanpa baju.
"Kami akan menampilkan pertunjukan menunggang kuda bertelanjang dada," kata Trudeau.
Dari rekaman video terdengar bahwa Boris kembali menimpali dengan menyebut harus menunjukkan otot-otot mereka.
"Kita harus menunjukkan kepada mereka otot-otot kita," ujar Boris.
Lalu von der Leyen pun ikut menambahkan dengan menyebut berkuda memang terbaik.
"Menunggang kuda adalah yang terbaik," tutur von der Leyen.
Baca juga: Intelijen Ukraina Yakini Vladimir Putin Idap Sakit Berat, Berharap Meninggal Tak Lebih Dua Tahun
Kemudian, mereka pun berfoto bersama mengenakan jaket sebelum para wartawan keluar dari ruangan dan meninggalkan para pemimpun G7 itu berdiskusi di balik pintu tertutup.
Adapun, obrolan yang tidak diplomatis itu berisiko meningkatkan ketegangan lebih lanjut di tengah kebuntuan atas invasi Rusia ke Ukraina.
Serangan Terbaru di Ibu Kota Kyiv
Saat para pemimpin G7 berkumpul di tempat peristirahatan mewah dan persembunyian Schloss Elmau di Jerman, Rusia meningkatkan serangannya di Ukraina.
Pasukan Rusia menyerang ibu kota Kyiv untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu, dengan menyerang setidaknya dua bangunan perumahan.
Padahal, Kyiv telah menikmati tiga minggu yang relatif damai dan tenang selama perang sampai serangan Minggu pagi, serangan pertama sejak 5 Juni.
Beberapa ledakan besar mengguncang kota sekitar pukul 06.30 dan layanan penyelamatan terlihat berjuang melawan api dan menyelamatkan warga sipil dari jendela gedung apartemen sembilan lantai yang terbakar.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mentweet foto seorang gadis muda dibawa keluar dari puing-puing, diikat ke tandu dan dibantu oleh pekerja darurat.
Menurut laporan lokal, ayahnya terbunuh dan ibunya terluka.
"KTT G7 harus merespons dengan lebih banyak sanksi terhadap Rusia dan lebih banyak senjata berat untuk Ukraina. Imperialisme Rusia yang sakit harus dikalahkan," tulis Kuleba di Twitter.
Menteri Kebudayaan Oleksandr Tkachenko mengatakan kepada media lokal, sebuah taman kanak-kanak menjadi sasaran.
Walikota Kyiv Vitali Klitschko mengatakan kepada wartawan di Kyiv bahwa dia yakin serangan itu 'mungkin serangan simbolis' menjelang dimulainya KTT G7 hari ini dan KTT NATO minggu ini di Madrid.
Rusia Rebut Kota Severodonetsk
Pasukan Rusia akhirnya merebut kendali atas Kota Severodonetsk di Ukraina Timur pada Sabtu (25/6/2022).
Jatuhnya Severodonetsk di tangan Rusia merupakan kemunduran Ukraina setelah berperang sengit lebih dari sebulan lamanya.
Kini, setelah jatuh ke tangan Rusia, Severodonetsk yang sebelumnya menjadi rumah bagi lebih dari 100.000 orang terlihat seperti gurun.
Perebutan Severodonetsk juga menandai kemenangan terbesar Rusia sejak merebut kota pelabuhan Mariupol pada bulan lalu.
Dikutip dari CBC News, strategi Rusia mengubah jalur perang ke arah Ukraina Timur tampaknya menjadi keuntungan besar.
Rusia saat ini berharap untuk terus maju dan merebut lebih banyak wilayah di tepi seberang, sementara Ukraina berharap Moskow membayar harga mahal atas kerugian yang dialami Kyiv.
Baca juga: Perang Rusia Vs Ukraina Hari ke-123, Berikut Peristiwa yang Terjadi
Zelensky Bersumpah Rebut Kembali Kota yang Hilang
Menanggapi perebutan Severodonetsk, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ikut geram.
Ia bersumpah bahwa Ukraina akan memenangkan kembali kota-kota yang hilang, termasuk Severodonetsk.
Dengan emosional, Zelensky pun menyesalkan atas banyaknya korban yang jatuh dalam perang.
"Kita tidak tahu berapa lama itu akan berlangsung, berapa banyak lagi pukulan, kerugian, dan upaya yang diperlukan sebelum kita melihat kemenangan di cakrawala," kata Zelensky dalam pidatonya di televisi nasional.
Ukraina Menarik Pasukannya di Severodonetsk
Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Peringatkan Kemenangan Rusia di Ukraina akan Jadi Bencana bagi Dunia
Sebelumnya, Walikota Severodonetsk Oleksandr Stryuk mengatakan di televisi nasional bahwa kota itu sudah di bawah pendudukan penuh Rusia.
"Mereka mencoba membangun tatanan mereka sendiri; sejauh yang saya tahu, mereka telah menunjuk semacam komandan," katanya.
Kepala Intelijen Militer Ukraina, Kyrylo Budanov mengatakan, Ukraina sedang melakukan "taktis pengelompokan kembali" dengan menarik pasukannya keluar dari Severodonetsk.
"Rusia menggunakan taktik yang digunakan di Mariupol: menghapus kota dari muka bumi," kata Budanov.
"Mengingat kondisinya, menahan pertahanan di reruntuhan dan lapangan terbuka tidak mungkin lagi."
"Jadi pasukan Ukraina berangkat ke tempat yang lebih tinggi untuk melanjutkan operasi pertahanan," ujarnya.
(Tribunnews.com/Maliana)