TRIBUNNEWS.COM – Meski saling serang dengan pernyataan-pernyataan di media, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan hubungan Rusia-Inggris tidak mungkin mencapai titik permusuhan langsung.
Akan tetapi negara itu perlu menanggapi dugaan ancaman yang berasal dari Rusia.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan hal itu dalam sebuah wawancara dengan wartawan Inggris, yang disiarkan oleh saluran TV Sky News pada hari Selasa (27/6/2022).
“Saya tidak berpikir itu akan terjadi dan jelas kami bekerja sangat keras untuk memastikan bahwa kami membatasi ini ke Ukraina,” kata Johnson ketika ditanya apakah kerajaan sedang mempersiapkan perang dengan Rusia.
Baca juga: Siap Jadi Juru Damai Perang Rusia-Ukraina, Presiden Jokowi Menuju Kyiv Naik ‘Kereta Luar Biasa’
Pada saat yang sama, katanya, Inggris harus meningkatkan pengeluaran pertahanan ketika ancaman berubah.
Ancaman Rusia
Rusia disebut akan melakukan serangan kepada Inggris lantaran memberikan sejumlah bantuan militer ke Ukraina.
Pihak Rusia menyebut, jika bantuan tersebut hanya memperburuk situasi.
Diketahui, Inggris dan NATO ikut serta membantu Ukraina dalam melawan serangan tentara Rusia.
Bahkan, mereka telah memberikan bantuan militer penting kepada pasukan Ukraina.
Baca juga: Siap Jadi Juru Damai Perang Rusia-Ukraina, Presiden Jokowi Menuju Kyiv Naik ‘Kereta Luar Biasa’
Baru-baru ini, Inggris juga menjanjikan pasokan senjata tambahan dan lebih mematikan ke Ukraina.
Menanggapi hal itu, Duta Besar Rusia untuk Inggris, Andrey Kevin mengatakan, pihaknya akan memberi ancaman kepada Inggris.
Jika nantinya artileri jarak jauh Inggris dan senjata anti-kapal diberikan ke Kyiv, Rusia menyebut itu akan menjadi target sah bagi tentara Kremlin.
“Semua pasokan senjata tidak stabil, terutama yang disebutkan oleh (Menteri Pertahanan Inggris Ben) Wallace,” katanya, Sabtu (2/3/2022).
Kevin menyebut, Inggris dan NATO hanya memperburuk situasi dan membuat kemarahan semakin memuncak.
Baca juga: Dekat dengan Rusia, G7 Minta China Menekan Moskow Hentikan Perang di Ukraina