TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengklaim aliansi tersebut telah bersiap menghadapi Rusia sejak 2014, Rabu (29/6/2022).
"Kami sebenarnya mempersiapkan kemungkinan ini untuk waktu yang lama," katanya pada konferensi pers menutup hari kedua KTT NATO di Madrid.
“Bukannya NATO tiba-tiba terbangun pada 24 Februari dan menyadari bahwa Rusia berbahaya," terangnya seperti diilansir TASS.
“Kenyataannya adalah kami juga telah mempersiapkan ini sejak 2014 karena itulah alasan mengapa kami meningkatkan kehadiran kami di bagian timur aliansi, mengapa sekutu NATO mulai berinvestasi lebih banyak dalam pertahanan,” lanjut Stoltenberg.
Baca juga: Rusia Malah Ngegas Serang Ukraina Setelah NATO Selenggarakan Pertemuan Puncak
Dialog dengan Rusia sebelum Moskow lancarkan invasi ke Ukraina
Stoltenberg mengatakan Barat mencoba untuk berbicara dengan Rusia sebelum operasi militer khusus tetapi Rusia melanjutkan rencananya.
KTT NATO pada Rabu (29/6/2022) menyetujui konsep strategis baru yang menyebut Rusia sebagai ancaman, menjatuhkan deskripsi negara itu sebagai mitra.
Seperti diketahui, pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus sebagai tanggapan atas permintaan bantuan dari kepala republik Donbass.
Barat membalas keputusan Rusia dengan menjatuhkan sanksi besar-besaran di negara itu.
Juga, negara-negara Barat memulai pengiriman senjata dan peralatan militer ke Kiev, yang sekarang bernilai miliaran dolar.
Baca juga: Dubes Inggris di Jakarta Apresiasi Kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina
NATO mengadopsi Konsep Strategis baru
NATO menganggap Rusia sebagai "ancaman paling signifikan dan langsung" terhadap keamanannya. Moskow telah dikeluarkan dari mitra NATO, menurut Konsep Strategis, yang diadopsi selama KTT di Madrid, dikutip TASS.
Blok itu juga bermaksud untuk melawan China, memperluas kemitraannya di Kawasan Asia Pasifik dan di wilayah pasca-Soviet, dan memperkuat kemampuan pertahanannya sendiri.
Perluasan blok itu disebut "keberhasilan bersejarah".
Baca juga: PM Italia Berdebat dengan Penasihat Presiden Rusia Vladimir Putin Gara-gara Undangan Jokowi