Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi mengaku sangat terkejut dan sedih saat mengetahui kabar bahwa mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe tewas setelah mengalami dua luka tembak.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Sabtu (9/7/2022), ia pun menyebut mendiang Abe sebagai 'pemimpin bersejarah, teman berharga bagi Amerika, serta juara perdamaian dan kemakmuran untuk Jepang dan seluruh dunia'.
Baca juga: Pistol Rakitan Pembunuh Mantan PM Jepang Shinzo Abe Ternyata Bukan Hanya Satu
"Merupakan hak istimewa bagi Anggota Kongres saat (mantan) Perdana Menteri Abe menyampaikan pidato di Sidang Gabungan Kongres pada 2015. Belakangan tahun itu, saya merasa sangat terhormat untuk menerima Grand Cordon of the Rising Sun dari Kaisar Akihito, di hadapan Abe," kata Pelosi.
Pelosi berharap keluarga Abe dan rakyat Jepang memperoleh ketabahan setelah kepergian Perdana Menteri terlama di Jepang itu.
"Semoga menjadi penghiburan bagi istri Perdana Menteri Abe, Akie (istri Abe), bagi keluarga mereka dan bagi orang-orang Jepang bahwa begitu banyak orang di Amerika dan di seluruh dunia berdoa bersama mereka selama masa yang mengerikan ini," tegas Pelosi.
Perlu diketahui, mantan Shinzo Abe, termasuk pemimpin paling berpengaruh dalam sejarah pascaperang Jepang, dinyatakan meninggal dunia pada Jumat sore waktu setempat.
Dikutip dari laman The Japan Times, Jumat (8/7/2022), ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah ditembak saat sedang menyampaikan pidatonya dalam kampanye untuk anggota partainya di kota Nara.
Perdana Menteri Fumio Kishida sebelumnya menggambarkan bahwa Abe sedang dalam 'kondisi serius' setelah tidak sadarkan diri pasca mengalami tembakan pada bagian leher dan dada.
Baca juga: Mantan PM Jepang Shinzo Abe Meninggal, Jusuf Kalla Ucapkan Belasungkawa dan Merasa Kehilangan
Beberapa jam setelah penembakan, Abe dinyatakan meninggal pada usia 67 tahun.
Terkait jejak politiknya, Abe merupakan Perdana Menteri terlama di Jepang, dengan dua masa jabatan dari periode 2006 hingga 2007 dan 2012 hingga 2020.
Masa jabatan Abe diwarnai oleh skandal dan perselisihan, dan ia akhirnya mengundurkan diri dengan alasan kesehatan yang buruk.
Dirinya kemudian mengakui bahwa ia sedang menderita penyakit yang didiagnosis sebagai kolitis ulserativa.
Kendati mengaku sedang sakit, Abe tetap mendominasi Partai Demokrat Liberal (LDP).
Ia memimpin faksi terbesar partai dan ada pembicaraan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan untuk kembali ke panggung politik jika ada kesempatan.
Pencapaian rekor Abe sebagai perdana menteri sebelum mengundurkan diri pada 2020, ditunjukkan dengan membawa stabilitas ke Jepang setelah enam pemerintahan.
Ia membantu Jepang keluar dari siklus deflasi, menghadapi pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mempertanyakan satu-satunya aliansi militer negara itu, dan bekerja untuk meningkatkan hubungan dengan mitra dagang terbesarnya China, yang paling bermusuhan dalam beberapa dekade saat dirinya menjabat.
Baca juga: SBY Turut Berduka atas Wafatnya Eks PM Jepang Shinzo Abe: Beliau Adalah Pemimpin Hebat
Abe mungkin paling dikenal karena rencananya untuk menghidupkan kembali ekonomi Jepang yang lesu melalui pelonggaran moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya dan reformasi peraturan yang akhirnya diberi label 'Abenomics'.
Ia dipandang sebagai tangan yang sanggup mengkonsolidasikan kekuatan selama rekor jabatan kali kedua, dan mampu mengatasi skandal.
Ini termasuk salah satu yang terungkap pada 2017 atas alokasi lahan pemerintah yang dipertanyakan untuk sekolah yang diberikan kepada rekanan Abe dan istrinya Akie.
Abe memainkan peran utama dalam memenangkan Olimpiade 2020 untuk Tokyo, yang kemudian ditunda satu tahun hingga 2021 karena pandemi virus corona (Covid-19).