Pada saat penembakan, Shinzo Abe berbicara untuk mendukung kandidat Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa menjelang pemilihan Majelis Tinggi pada 10 Juli.
Meskipun mengundurkan diri sebagai perdana menteri Jepang pada tahun 2020 karena alasan kesehatan, Shinzo Abe tetap menjadi tokoh berpengaruh di lanskap politik negara dan terus berkampanye untuk LDP.
Badan Kepolisian Nasional Jepang mengatakan akan meninjau pengaturan keamanan yang diberlakukan sebelum penembakan pada hari Jumat.
Keamanan ditangani oleh polisi prefektur Nara, yang menyusun rencana keamanan untuk mantan perdana menteri saat dia berada di kota.
Badan tersebut mengatakan beberapa lusin petugas dan personel keamanan dari polisi Metropolitan Tokyo sedang bertugas dan dilaporkan telah mengawasi Shinzo Abe dari semua sisi selama pidatonya, kata NHK.
Lebih lanjut, Kepala Polisi Prefektur Nara, Tomoaki Onizuka, mengatakan dia "bertanggung jawab" atas kegagalan keamanan yang mengakibatkan terbunuhnya Shinzo Abe.
Baca juga: Jejak Karier Shinzo Abe: Terjun ke Dunia Politik sejak 1982, Perdana Menteri Terlama di Jepang
Tomoaki Onizuka mengatakan pada konferensi pers pada hari Sabtu, bahwa personel keamanan Abe mengikuti rencana yang disetujuinya.
"Setelah laporan pertama tentang kejadian itu datang pada pukul 11.30, dan situasinya terungkap, itu adalah puncak rasa bersalah dan penyesalan yang saya rasakan selama 27 tahun saya dalam penegakan hukum," katanya.
"Saya merasakan beban tanggung jawab saya," tambah Onizuka, terdengar sangat emosional.
Shinzo Abe, 67, dinyatakan meninggal pada pukul 17.03 waktu setempat pada hari Jumat.
Shinzo Abe mengembuskan napas terakhirnya setelah lebih dari lima jam ditembak saat menyampaikan pidato kampanye di depan kerumunan kecil di sebuah jalan.
Seorang dokter mengatakan, Shinzo Abe meninggal lantaran kehabisan darah karena dua luka dalam, salah satunya di sisi kanan lehernya.
Baca juga artikel lain terkait Mantan PM Jepang Shinzo Abe Ditembak
(Tribunnews.com/Rica Agustina)