Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, COLOMBO - Dokter dan staf medis di Sri Lanka menghadapi masalah besar dalam mencapai rumah sakit, karena terjadinya krisis bahan bakar.
Dikutip dari laman www.newsfirst.lk, Selasa (12/7/2022), Sekretaris Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Janaka Sri Chandragupta mengatakan bahwa saat ini sedang dilakukan pembahasan dengan perusahaan Ceylon Petroleum Corporation (CPC) untuk pengadaan sumber bahan bakar bagi staf medis.
Ia menekankan bahwa staf medis yang tinggal di luar Colombo kini memang tengah menghadapi kendala dalam mencapai kota itu.
Selain itu, terdapat potensi masalah keamanan juga dari sebagian masyarakat saat pasokan bahan bakar dikeluarkan untuk petugas kesehatan.
Sementara itu, sebelumnya pada akhir Juni lalu, seorang pria yang menderita luka serius akibat kecelakaan kendaraan, diduga meninggal karena ambulans yang hendak membawanya ke rumah sakit kekurangan bahan bakar.
Ambulans tersebut seharusnya membawa dirinya ke rumah sakit besar dari rumah sakit desa untuk menjalani perawatan lanjutan.
Menurut kerabat pasien, pihak berwenang di rumah sakit Wettewa di Matigama harus memanggil ambulans dari rumah sakit lain untuk membawa pasien tersebut ke rumah sakit Nagoda, karena tidak ada bahan bakar untuk ambulans yang dioperasikan rumah sakit mereka.
Bahkan setelah satu setengah jam menunggu, ambulans dari rumah sakit lain itu belum juga tiba dan pada saat itu pasien pun telah dinyatakan meninggal dunia.
Hal tersebut disampaikan oleh istri almarhum yang memberikan kesaksian pada pemeriksaan Koroner atas kematian pasien pada hari Minggu lalu.
Sebelumnya, korban yang sedang mengendarai sepeda motor untuk membeli ikan, bertabrakan dengan mobil van di Kopiwatta, Matigama.
Baca juga: Parlemen Akan Tunjuk Presiden Baru Sri Lanka di Tengah Krisis Ekonomi
"Saya memberitahu anak-anak dan pergi ke Kopiwatta, namun suami saya sudah dibawa ke rumah sakit Wettewa. Saat saya pergi ke Rumah Sakit Wettewa di Matigama, suami saya sudah berada di dalam kasur dorong dan petugas mengatakan kepada saya bahwa suami saya akan dibawa ke Rumah Sakit Umum Nagoda untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut," jelas sang istri.
Para petugas itu, kata dia, mengatakan bahwa ambulans harus didatangkan dari rumah sakit lain karena rumah sakit Wettewa tidak memiliki cukup bahan bakar untuk mengoperasikan ambulansnya.
"Namun kendaraan tidak juga datang selama satu setengah jam, hingga akhirnya suami saya memejamkan mata untuk terakhir kalinya di depan mata saya," kata sang istri.