TRIBUNNEWS.COM - Sri Lanka mengumumkan keadaan darurat pada Rabu (13/7/2022), ketika ribuan orang mengerumuni kantor perdana menteri setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri ke Maladewa.
Presiden melarikan diri setelah berbulan-bulan protes terhadap krisis ekonomi di Sri Lanka meluas.
Gotabaya Rajapaksa telah berjanji pada akhir pekan untuk mengundurkan diri dan membuka jalan bagi "transisi kekuasaan yang damai".
Dia melarikan diri dari kediaman resminya di Kolombo tepat sebelum puluhan ribu pengunjuk rasa menyerbunya.
Rajapaksa diyakini ingin pergi ke luar negeri sebelum mengundurkan diri untuk menghindari kemungkinan ditahan.
Dia, istri, dan dua pengawalnya adalah empat penumpang di pesawat militer Antonov-32 yang lepas landas dari bandara internasional utama Sri Lanka, kata sumber imigrasi kepada AFP.
Baca juga: PROFIL Gotabaya Rajapaksa, Presiden Sri Lanka yang Kabur, Berasal dari Keluarga Paling Berkuasa
Beberapa jam kemudian, tanpa pengumuman resmi bahwa dia mengundurkan diri, ribuan demonstran mengerumuni kantor Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe - yang secara otomatis akan menjadi penjabat presiden jika terjadi pengunduran diri - menuntut kedua pejabat itu harus pergi.
"Pulang Ranil, Pulang Gota," teriak mereka, seperti dilansir CNA.
Polisi menembakkan gas air mata untuk menahan mereka agar tidak menyerbu kompleks itu dan para pejabat mengumumkan keadaan darurat nasional untuk menangani situasi di negara itu, kata juru bicara perdana menteri, Dinouk Colombage, kepada AFP.
Polisi memberlakukan jam malam tanpa batas di Provinsi Barat, termasuk Kolombo, untuk mengatasi situasi, kata seorang perwira polisi senior.
Presiden Kabur ke Maladewa
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah meninggalkan negara itu, beberapa jam sebelum pengunduran dirinya yang dijanjikan di tengah protes luas atas penanganannya terhadap krisis ekonomi terburuk negara itu sejak kemerdekaan pada tahun 1948.
Mengutip Al Jazeera, Rajapaksa, istri, dan dua pengawalnya terbang menggunakan pesawat Angkatan Udara Sri Lanka ke Male, ibu kota Maladewa, Angkatan Udara Sri Lanka mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.
"Berdasarkan ketentuan Konstitusi dan atas permintaan pemerintah, Angkatan Udara Sri Lanka hari ini menyediakan pesawat untuk menerbangkan presiden, istri, dan dua pejabat keamanan ke Maladewa," kata pernyataan itu.
Presiden mengatakan dia akan mengundurkan diri pada hari Rabu untuk memberi jalan bagi pemerintah persatuan setelah puluhan ribu pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya pada hari Sabtu, menuntut dia mundur.
Rajapaksa terpilih sebagai presiden pada 2019 yang menjanjikan keamanan dan stabilitas.
Tetapi, langkah untuk memotong pajak menghabiskan pendapatan pemerintah dan negara mulai kehabisan bahan bakar, makanan, dan obat-obatan karena tidak mampu lagi mengimpornya.
Baca juga: Presiden Sri Lanka Sekeluarga Kabur ke Maladewa, Diduga akan Lanjutkan Perjalanan ke UEA
Presiden dituduh tidak kompeten secara ekonomi, dan opini publik berbalik menentang Gotabaya dan keluarga Rajapaksa yang lebih luas, yang telah mendominasi politik Sri Lanka selama hampir 20 tahun.
Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada Mei setelah protes massal yang dimulai pada Maret berubah menjadi kekerasan.
Cabang lokal kelompok anti-korupsi Transparency International telah mengajukan kasus hukum untuk melarang Gotabaya dan lima orang lainnya, termasuk saudara lelakinya dan mantan menteri keuangan Basil, meninggalkan negara itu.
Sementara itu, Parlemen Sri Lanka akan mengadakan pemungutan suara untuk memilih presiden baru pada 20 Juli, tetapi pada hari Selasa berjuang untuk memutuskan calon perdana menteri dan siapa yang harus berada di pemerintahan baru.
(Tribunnews.com/Yurika)