TRIBUNNEWS.COM - Ranil Wickremesinghe terpilih sebagai presiden Sri Lanka setelah memperoleh 134 suara dari 225 kursi di DPR.
Saingan utamanya Dullas Alahapperuma memperoleh 82 suara, sementara kandidat ketiga Anura Kumara Dissanayake hanya mengantongi tiga suara dari partainya sendiri.
Terpilihnya Wickremesinghe diperkirakan akan memicu lebih banyak protes di Sri Lanka.
Beberapa pihak mungkin akan marah karena dia disebut sebagai penerus kekuasaan presiden sebelumnya, Gotabaya Rajapaksa.
"Jelas, lengan panjang keluarga Rajapaksa diyakini masih sangat berperan di sini," kata pengunjuk rasa sebagaimana dikutip Al Jazeera.
Seorang pemimpin protes mengatakan mereka sedang mendiskusikan strategi setelah pemilihan Wickremesinghe.
Baca juga: 3 Kandidat yang Berebut Kursi Presiden Sri Lanka: Wickremesinghe hingga Pemimpin Partai Sayap Kiri
"Saat ini kami sedang mendiskusikan strategi dan regrouping kami. Kami pasti akan melanjutkan perjuangan dan pekerjaan kami di GotaGoGama sampai Ranil Wickremesinghe mengundurkan diri. Ini jelas bukan yang kami inginkan," kata pemimpin protes Melani Gunathilake.
Menurutnya, Wickremesinghe adalah orang yang lebih licik daripada Rajapaksa.
Untuk menekan protes, Wickremesinghe telah memberlakukan keadaan darurat dan mengirim helikopter angkatan udara ke GotaGoGama.
"Kami tahu betul bahwa Ranil Wickremesinghe tidak sama dengan Gotabaya Rajapaksa. Dia adalah orang yang lebih licik," kata Gunathilake.
"Dan baru-baru ini dia bahkan mencoba untuk menekan protes dengan memberlakukan keadaan darurat dan mengirim helikopter angkatan udara ke GotaGoGama."
"Tapi saya rasa orang-orang tidak akan terintimidasi oleh tindakan ini lagi," lanjutnya.
Gunathilake menambahkan, Sri Lanka seharusnya mendapatkan pemimpin yang benar-benar peduli pada rakyatnya.
"Sri Lanka pantas mendapatkan pemimpin yang benar-benar peduli pada rakyatnya, bukan seseorang yang memikirkan masa depan politiknya," katanya.