Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kelompok sipil yang menamakan dirinya "Komite Eksekutif untuk Memantau Kejahatan Kekuasaan" mengajukan petisi (disposisi sementara) ke Pengadilan Distrik Tokyo.
Mereka menentang kebijakan pemerintah terkait pemakaman kenegaraan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe.
Seperti diketahui mantan Perdana Menteri Shinzo Abe meninggal setelah ditembak selama pemilihan Majelis Tinggi tanggal 8 Juli 2022 di Nara Jepang.
Baca juga: Pemakaman Kenegaraan Mantan PM Jepang Shinzo Abe di Nippon Budokan 27 September 2022
Pemerintah Jepang sudah mengumumkan akan melakukan pemakaman nasional (kenegaraan) untuk mantan PM Jepang Shinzo Abe.
Menurut Komite Eksekutif untuk Memantau Kejahatan Kekuasaan, bahwa melaksanakan pemakaman kenegaraan dengan keputusan kabinet tanpa melalui musyawarah parlemen, memaksa rakyat untuk berduka.
Hal ini juga menurut mereka, melanggar Pasal 19 Konstitusi, yang menjamin "kebebasan berpikir dan hati nurani."
Menurut petisi tersebut, mantan Perdana Menteri Shinzo Abe menunjukkan bahwa "evaluasi publik terbagi secara langsung" atas isu-isu seperti penjualan tanah milik negara Moritomo Gakuen dan kompensasi biaya untuk festival melihat bunga sakura (Sakuro o mirukai).
Pemakaman kenegaraan direncanakan akan diselenggarakan di Nippon Budokan (Chiyoda-ku, Tokyo) pada tanggal 27 September 2022 dan diperkirakan diputuskan oleh Kabinet pada Jumat (22/7/2022) hari ini.
Meskipun demikian dengan petisi dimasukkan ke Pengadilan Tokyo tersebut keputusan Kabinet dan penangguhan pengeluaran anggaran sedang diajukan.
"Ada banyak suara menentang pemakaman kenegaraan bahkan di media sosial, dan itu tidak dapat diabaikan," ungkap Masamichi Tanaka, sekretaris jenderal kelompok sipil saat konferensi pers, Jumat (22/7/2022).
Baca juga: Berita Foto : Duka Warga Jepang Melepas Shinzo Abe
Kelompok penentang tersebut memperkirakan pemakaman negara tersebut akan menghabiskan uang negara hingga ratusan juta yen.
Sedangkan seorang pendukung Shinzo Abe menyayangkan upaya menentang pemakaman negara tersebut.
"Abe jelas telah membuktikan hasil kerja yang bagus di banyak bidang, dia hebat, dia pantas mendapat perlakuan pemakaman secara nasional," papar Kitagawa, seorang warga Tokyo kepada Tribunnews.com, Jumat (22/7/2022).
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif.
Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.