Asosiasi Pengacara Sri Lanka mengatakan telah diberitahu tentang penggerebekan tersebut.
Baca juga: Pelantikan Ranil Wickremesinghe sebagai Presiden Sri Lanka Diwarnai Insiden Liputan Terputus
"Pihak berwenang harus memastikan keselamatan semua orang dan keberadaan mereka harus diketahui," kata presiden asosiasi Saliya Peiris dalam sebuah pernyataan.
"Saya sudah mencoba menghubungi IGP (Inspektur Jenderal Polisi) dan juga mengirim pesan ke Pangdam. Penggunaan kekerasan yang tidak perlu tidak akan membantu negara ini dan citra internasionalnya."
Sementara itu, seorang pengunjuk rasa bernama Anjana Bandarawatta juga mengungkapkan tentang kekacauan saat angkatan bersenjata menyerbu.
"Tidak ada peringatan sama sekali. Militer tiba-tiba datang dan mengusir kami, menyerang kami dan berteriak dengan bahasa kotor," katanya.
"Mungkin ada 200 pengunjuk rasa tetapi seluruh area terlihat seperti lautan tentara."
Shabeer Mohamed, seorang pemimpin protes mengatakan dia diserang oleh seorang perwira angkatan udara saat melaporkan serangan itu secara langsung di media sosial.
"Dia datang dari belakang dan menyerang saya di kepala dan membuang ponsel saya saat saya sedang siaran streaming," kata Mohamed.
"Beberapa orang lain juga diserang ketika mereka melakukan siaran langsung."
"Mereka telah menutup GotaGoGama dan tidak ada jurnalis yang diizinkan masuk," tambahnya.
Beberapa orang menayangkan serangan itu secara langsung di media sosial tetapi alirannya berhenti beberapa kali.
Baca juga: Sri Lanka Tolak Pemimpin Baru: Ranil Wickremesinghe Bukan Presiden Kami, Dia Lebih Licik
Adanya gangguan itu dianggap dilakukan oleh pihak berwenang.
Rekaman video yang dibagikan di media sosial menunjukkan bagaimana tentara mendekati lokasi protes dan berpaling dari seorang pria ketika dia berteriak "media, media, BBC".
Mereka kemudian melanjutkan untuk memeriksa kamp-kamp yang didirikan oleh para pengunjuk rasa.