TRIBUNNEWS.COM - Moskow mengumumkan akan meninggalkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) setelah tahun 2024, Selasa (26/7/2022).
Pengumuman ini menyusul ketegangan hubungan Rusia dengan negara-negara Barat atau AS dan sekutunya, di tengah invasi ke Ukraina.
Analis memperingatkan bahwa langkah Moskow ini dapat menyebabkan penghentian penerbangan awak Rusia.
Dilansir CNA, langkah yang sudah lama diperdebatkan ini akhirnya dikonfirmasi oleh Moskow menyusul kerenggangan hubungan terkait perang dan sanksi dari Barat kepada Rusia.
Pakar luar angkasa mengatakan, kepergian Rusia dari Stasiun Luar Angkasa Internasional akan secara serius mempengaruhi sektor luar angkasa negara itu.
Pun akan memberikan pukulan keras bagi program penerbangan awaknya, yang menjadi kebanggaan Rusia.
Baca juga: Rudal Rusia Hantam Markas Legiun Asing Ukraina Tewaskan 40 Petempur Asing
Baca juga: Diincar Akan Dibajak oleh Militer Ukraina, Ini Kemampuan Jet Tempur Su-34 dan Tu-22M Rusia
"Tentu saja, kami akan memenuhi semua kewajiban kami kepada mitra kami, tetapi keputusan untuk meninggalkan stasiun ini setelah 2024 telah dibuat," kata Yury Borisov, kepala badan antariksa Rusia Roscosmos yang baru ditunjuk.
Menurut akun Kremlin, Borisov menyampaikan hal itu kepada kepada Presiden Vladimir Putin selama pertemuan mereka.
"Saya pikir pada saat ini kita akan mulai menyusun stasiun orbital Rusia," tambah Borisov, menyebutnya sebagai prioritas utama program luar angkasa domestik.
"Bagus," jawab Putin.
ISS akan pensiun setelah 2024, meskipun badan antariksa AS, NASA, mengatakan itu dapat tetap beroperasi hingga setidaknya 2030.
ISS diluncurkan pada tahun 1998 sebagai harapan kerjasama AS-Rusia, menyusul kompetisi Space Race mereka selama Perang Dingin.
Baca juga: Ini Plot Spion Ukraina dan Barat Membajak Pesawat Canggih Rusia, Pilot Ditawari Uang dan Wanita
Amerika Serikat mengaku terkejut dengan pengumuman tersebut.
"Ini perkembangan yang disayangkan mengingat karya ilmiah kritis yang dilakukan di ISS, kolaborasi profesional berharga yang dimiliki badan antariksa kami selama bertahun-tahun," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price.
Dalam sebuah pernyataan kepada AFP, administrator NASA Bill Nelson mengatakan pihaknya belum mengetahui kabar keputusan Rusia.
Eksplorasi ruang angkasa menjadi salah satu dari sedikit bidang di mana kerja sama antara Rusia dan AS dan sekutunya belum terputus oleh ketegangan di Ukraina dan di tempat lain.
Badan Antariksa Terdampak Sanksi
Rusia sangat bergantung pada impor segala sesuatu mulai dari peralatan manufaktur hingga barang-barang konsumen.
Sehinga efek sanksi Barat diperkirakan akan berisiko besar terhadap perekonomian Rusia dalam jangka panjang.
Pakar luar angkasa, Vadim Lukashevich, mengatakan ilmu antariksa tidak dapat berkembang di negara dengan sanksi berat.
"Jika ISS tidak ada lagi pada 2024, kita tidak akan punya tempat untuk terbang," kata Lukashevich kepada AFP.
"Yang dipertaruhkan adalah pelestarian penerbangan berawak di Rusia, tempat kelahiran kosmonotika."
Soal rencana membangun stasiun pengorbit baru, pakar menilai misi Rusia akan membutuhkan waktu sangat lama.
Analis luar angkasa, Vitaly Yegorov, mengatakan hampir tidak mungkin membangun stasiun pengorbit baru dari awal hanya dalam beberapa tahun.
"Baik pada tahun 2024, atau pada tahun 2025, atau pada tahun 2026 tidak akan ada stasiun orbit Rusia," kata Yegorov kepada AFP.
Baca juga: Rusia Serang Gudang Pangan di Pelabuhan Odessa, Harga Gandum Langsung Melonjak
Baca juga: Ukraina dan Guatemala Menandatangani Perjanjian Bebas Visa
Dia menambahkan, bahwa membuat stasiun luar angkasa yang lengkap akan membutuhkan setidaknya satu dekade dengan pendanaan yang besar.
Yegorov mengatakan kepergian Rusia dari ISS berarti Moskow mungkin harus menghentikan program penerbangan berawaknya "selama beberapa tahun" atau bahkan "tanpa batas".
Langkah itu juga bisa membuat Rusia meninggalkan pelabuhan antariksa utamanya, Baikonur, yang disewanya dari Kazakhstan, kata Yegorov.
Roket Soyuz Rusia adalah satu-satunya cara untuk mencapai Stasiun Luar Angkasa Internasional sampai SpaceX, yang dijalankan oleh miliarder Elon Musk, meluncurkan kapsul pada tahun 2020.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)