TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, pada Senin (1/8/2022) malam, mengumumkan pemimpin Al Qaeda, Ayman Al Zawahiri, tewas dalam serangan pesawat tak berawak.
Dua sumber intelijen yang mengetahui masalah tersebut, mengatakan serangan itu dilakukan oleh Badan Intelijen Pusat (CIA).
Biden mengatakan, pencarian terhadap Al Zawahiri selama bertahun-tahun sejak kepemimpinan George W Bush, telah membuahkan hasil.
Pada awal 2022, Al Zawahiri diketahui tengah bersembunyi di Kabul, Afghanistan, bersatu dengan anggota keluarga dekatnya.
"Setelah tanpa henti mencari Zawahiri selama bertahun-tahun di bawah Presiden Bush, Obama, dan Trump, komunitas intelijen kami menemukan Zawahiri awal tahun ini," kata Biden dalam sambutan singkatnya dari balkon Gedung Putih, dikutip dari CBS News.
Pemerintah AS memiliki banyak sumber independen yang mengonfirmasi keberadaan Al Zawahiri di sebuah rumah persembunyian, kata pejabat senior pemerintahan pada wartawan melalui telepon, Senin malam.
Baca juga: PROFIL Ayman Al Zawahiri, Pemimpin Al Qaeda Tewas dalam Serangan Pesawat Tak Berawak, Sosok Radikal
Temuan itu merupakan hasil kerja keras yang hati-hati, sabar, dan gigih, oleh para pejabat kontraterorisme selama bertahun-tahun.
Biden mengatakan, setelah ia mempertimbangkan "bukti yang jelas dan meyakinkan" tentang lokasi Al Zawahiri, ia "mengizinkan serangan presisi yang akan membinasakannya (Al Zawahiri) dari medan perang untuk selamanya."
Ia memberikan persetujuan terakhirnya untuk "menjemput Al Zawahiri" satu minggu lalu.
Al Zawahiri akhirnya tewas oleh pesawat tak berawak pada Sabtu (30/7/2022) pukul 21.48 waktu setempat, saat ia berada di balkon rumah persembunyian, sementara anggota keluarga lainnya berada di ruangan berbeda.
"Tidak ada anggota keluarganya yang terluka dan tidak ada korban sipil," kata Biden.
Pemerintah AS memiliki tingkat keyakinan yang tinggi bahwa tidak ada orang lain yang tewas dalam serangan itu, menurut pejabat senior pemerintah.
Dengan tewasnya Al Zawahiri, Biden menegaskan keadilan telah ditegakkan.
"Ia mengukir jejak pembunuhan dan kekerasan terhadap warga Amerika, anggota layanan Amerika, diplomat Amerika, dan kepentingan Amerika," ujarnya.