TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder menyarankan solusi krisis gas Jerman adalah menggunakan fasilitas pipa gas Nord Stream 2.
Menggunakan jaringan pipa gas Nord Stream 2 artinya akan menghilangkan hambatan pengiriman gas dari Rusia ke Jerman.
Nord Stream 2 yang telah selesai proyeknya, melintasi Laut Baltik, langsung ke Jerman, tidak seperti jaringan pertama yang melintasi negara Eropa timur dan Eropa barat.
Baca juga: Pasokan Gas Rusia Diputus, Jerman Hidupkan Kembali Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara
Baca juga: Kepala Intel Austria Peringatkan Potensi Rusuh saat Puncak Krisis Energi
Baca juga: Jerman Kembali Menjerit Gazprom Ciutkan Aliran Gas, Krisis Energi Eropa Makin Parah
Gerhard Schroeder baru saja bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pekan lalu. Solusi itu menurut Schroeder akan menghindarkan Jerman dari petaka di musim dingin nanti.
“Nord Stream 2 sudah siap," kata Schoreder kepada majalah Jerman Stern dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Rabu (3/8/2022).
“Solusi paling sederhana adalah dengan mengoperasikan pipa Nord Stream 2. Jika keadaan menjadi sangat ketat, ada jalur pipa ini, dan dengan kedua jalur pipa Nord Stream tidak akan ada masalah pasokan untuk industri Jerman dan rumah tangga Jerman,” katanya.
“Jika tidak, Anda harus menanggung konsekuensinya,” kata Schroeder memperingatkan elite dan rakyat Jerman.
Pipa gas alam Nord Stream 2 dibangun di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Jerman, di samping rute Nord Stream 1 yang saat ini beroperasi.
Pembangunannya selesai September 2021, tetapi pipa itu ditolak sertifikasinya oleh Jerman sebelum krisis di Ukraina. Tekanan sangat bear datang dari AS terkait proyek raksasa itu.
Nord Stream 2 Dihambat
Pemerintah Jerman telah berulang kali mengatakan meluncurkan Nord stream 2 sekarang tidak mungkin.
Dalam beberapa pekan terakhir, pemasok energi Rusia, Gazprom, mengurangi aliran gas melalui Nord Stream 1 hingga kapasitas 20 persen saja.
Alasannya, ada masalah teknis menyangkut turbin Siemens di stasiun kompresor. Turbin Siemens saat ini sudah siap digunakan di pabriknya di Jerman setelah diservis di Kanada.
Menurut Schroeder, pengurangan tersebut merupakan kesalahan Siemens karena perusahaan gagal mengembalikan turbin dari perbaikan di Kanada tepat waktu.