Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko mengakui tujuan utama Kiev meneken kesepakatan adalah mengulur waktu.
Gencatan senjata itu digunakan Ukraina untuk menciptakan angkatan bersenjata yang kuat. Serangan ke wilayah Donbass yang berpenduduk mayoritas berbahasa Rusia berlanjut.
Rakyat Donets dan Luhansk saat itu memilih untuk meninggalkan Ukraina, dan hendak menyatakan diri bebas merdeka.
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui Republik Donbass sebagai negara merdeka. Moskow menuntut Ukraina secara resmi menyatakan dirinya negara netral.
Ukraina tidak boleh bergabung dengan blok militer barat mana pun. Kiev menentang, dan menyatakan serangan Rusia ke negaranya benar-benar tidak beralasan.(Tribunnews.com/RussiaToday/CNN/xna)