Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Israel membuka kembali penyeberangan perbatasan ke Kota Gaza pada Senin (8/8/2022) kemarin, menyusul gencatan senjata yang ditengahi Mesir dengan kelompok Jihad Islam Palestina.
Pembukaan penyeberangan perbatasan ini akan memungkinakan truk yang mengangkut bahan bakar memasok satu-satunya pembangkit listrik di Gaza dan meningkatkan ketersediaan listrik yang menurun.
Sebanyak 44 orang, dengan 15 di antaranya adalah anak-anak, tewas dalam pertempuran yang terjadi selama 56 jam yang dimulai ketika serangan udara Israel membunuh seorang komando senior kelompok Jihad Islam Palestina.
Baca juga: Israel Klaim Perisai Udara Iron Dome Sukses Gagalkan 97 Persen Serangan Roket Palestina
Israel meluncurkan serangan yang mereka sebut serangan pre-emptive pada Jumat (5/8/2022) lalu, yang dilakukan untuk mencegah serangan balasan dari kelompok Jihad Islam Palestina.
Ratusan orang terluka dan beberapa rumah hancur di Jalur Gaza. Militan Palestina menembakkan lebih dari 1.000 roket ke Israel, membuat penduduk Israel di kota-kota besar termasuk Tel Aviv melarikan diri ke tempat perlindungan.
"Gencatan senjata itu rapuh. Dimulainya kembali permusuhan hanya akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi Palestina dan Israel dan membuat kemajuan politik apa pun pada masalah-masalah utama sulit dipahami," kata utusan Timur Tengah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tor Wennesland, yang dikutip dari Reuters.
Setelah pertempuran di Jalur Gaza berakhir, kedua belah pihak menyatakan pesan kemenangannya.
"Semua tujuan kami tercapai. Seluruh komando militer senior Jihad Islam di Gaza berhasil dilenyapkan dalam tiga hari," ujar Perdana Menteri Israel Yair Lapid.
Sedangkan dalam konferensi pers yang disiarkan di stasiun televisi pro-Iran Al Mayadeen setelah gencatan senjata pada Minggu (7/8/2022) malam, pemimpin kelompok Jihad Islam Palestina Ziad al-Nakhala juga menyatakan kemenangan kelompok yang didukung Iran ini.
"Ini adalah kemenangan," kata pemimpin kelompok ini.
Seorang pejabat militer Israel mengungkapkan keunggulan yang diperoleh Israel karena kelompok Jihad Islam Palestina telah kehilangan dua komandan seniornya. Menurutnya, hal tersebut akan menghambat kelompok ini untuk merencanakan dan melaksanakan operasi.
Baca juga: Israel dan Gerilyawan Palestina Deklarasikan Gencatan Senjata di Gaza
"Tidak diragukan lagi Jihad Islam mendapat pukulan serius yang membutuhkan waktu untuk pulih. Kami tidak memusnahkan Jihad Islam dan itu juga bukan tujuan kami," ungkap pejabat tersebut.
Selain dua komandan, para pejabat Israel menyatakan sekitar 20 pejuang telah tewas dalam serangan itu dan sejumlah besar senjata anti-tank serta fasilitas produksi dan penyimpanan roket telah dihancurkan.
"Saya pikir mereka terkejut dengan kemampuan kami dan dengan tingkat kecerdasan dan kemampuan operasional kami," kata seorang pejabat senior diplomatik Israel kepada wartawan.
Baca juga: Iran Dukung Palestina, Peringatkan Israel akan Bayar Mahal atas Serangannya di Gaza
Seorang juru bicara kelompok Jihad Islam Palestina di Gaza mengatakan, walaupun mereka telah kehilangan kepemimpinan dan kekuatan tempurnya, namun mereka mampu mendesak Israel serta mempertahankan persatuan dan kohesi.
“Musuh menjadikan mengakhiri kelompok Jihad Islam sebagai tujuan pertempurannya, tetapi tujuan khayalan dan khayalan seperti itu gagal. Kami memiliki elemen manusia, keajaiban manusia yang dapat memperbaiki kemampuan terlepas dari betapa rendahnya mereka." ungkap juru bicara tersebut.