TRIBUNNEWS.COM - Duta Besar (Dubes) China Zhang Hanhui untuk Rusia menyebut Amerika Serikat (AS) sebagai penghasut utama perang di Ukraina.
Zhang Hanhui menuduh Washington berusaha menghancurkan Rusia.
Dilansir Al Jazeera, Zhang mengatakan AS mendorong Rusia ke sudut dengan ekspansi berulang dari aliansi pertahanan NATO.
Gedung Putih juga memberi dukungan untuk pasukan yang berusaha menyelaraskan Ukraina dengan Uni Eropa (UE) daripada dengan Moskow.
“Sebagai pemrakarsa dan penghasut utama krisis Ukraina, Washington, sementara memberlakukan sanksi komprehensif yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, terus memasok senjata dan peralatan militer ke Ukraina,” kata Zhang seperti dikutip dalam sebuah wawancara dengan kantor berita negara Rusia TASS.
“Tujuan utama mereka adalah untuk menguras dan menghancurkan Rusia dengan perang yang berlarut-larut dan gada sanksi.”
Baca juga: UPDATE Perang Rusia Vs Ukraina Hari ke-169: Kyiv Tuduh Moskow Tembakkan Roket dari PLTN Zaporizhhia
Hubungan Tiongkok-Rusia masuki periode terbaik
Dalam wawancara tersebut, Zhang mengatakan hubungan Tiongkok-Rusia telah memasuki "periode terbaik dalam sejarah.
Klaim tersebut ditandai dengan "tingkat saling percaya tertinggi, tingkat interaksi tertinggi, dan kepentingan strategis terbesar".
Dikutip Reuters, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan ke Beijing pada bulan Februari untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping.
Pertemuan itu terjadi ketika tank-tank Rusia berkumpul di perbatasan Ukraina.
Hasilnya, Putin dan Xi menyetujui kemitraan “tanpa batas” yang lebih unggul daripada aliansi Perang Dingin mana pun.
Baca juga: Rusia Enggan Akui Serangan Ukraina Hancurkan 9 Pesawatnya di Krimea, Sebut Itu Ulah Perokok Ceroboh
Kecam kunjugan Nancy Pelosi
Zhang mengecam kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi ke Taiwan pekan lalu.
Seperti diketahui, China menganggap Taiwan, kepulauan yang menjalankan pemerintahannya secara demokrasi sebagai miliknya sendiri.
Zhang menyebut AS mencoba menerapkan taktik yang sama di Ukraina dan Taiwan untuk “menghidupkan kembali mentalitas Perang Dingin, berisi China dan Rusia, dan memprovokasi persaingan dan konfrontasi kekuatan besar”.
"Non-intervensi dalam urusan internal adalah prinsip paling mendasar untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di dunia kita," kata Zhang.
Baca juga: Action Figure Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Buatan Perusahaan AS Raup Rp 1,7 M
Dia menerapkan prinsip untuk mengkritik kebijakan Taiwan Washington tetapi bukan invasi Rusia ke Ukraina.
Rusia menyebut invasi itu sebagai “operasi militer khusus” dan mengatakan itu perlu tidak hanya untuk menjaga keamanannya sendiri tetapi juga untuk melindungi penutur bahasa Rusia dari penganiayaan.
Ukraina dan Barat mengatakan ini adalah dalih tak berdasar untuk perang agresi kekaisaran terhadap tetangga yang memperoleh kemerdekaan ketika Uni Soviet yang dipimpin Moskow bubar pada 1991.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)