TRIBUNNEWS.COM - Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-170 pada Jumat (12/8/2022) hari ini.
Terbaru, Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan agar aktivitas militer di sekitar kompleks tenaga nuklir Zaporizhzhia, Ukraina, diakhiri.
Sebab hal itu dapat menimbulkan risiko besar dan menyebabkan "bencana nuklir".
Sementara di tempat lain, negara-negara Barat akan menggelontorkan bantuan untuk Ukraina.
Lebih lengkap, berikut pembaruan terbaru perang antara Rusia dan Ukraina, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: Anggap Dolar AS Mata Uang Beracun, Rusia dan Turki Lakukan Transaksi Pembayaran Gas Dengan Rubel
Sekjen PBB Desak Zona Demiliterisasi
Guterres menyerukan agar aktivitas militer di sekitar kompleks tenaga nuklir Zaporizhzhia Ukraina diakhiri saat Dewan Keamanan PBB bertemu untuk membahas situasi tersebut.
Menurut Guterres, fasilitas itu tidak boleh digunakan sebagai bagian dari aktivitas militer apa pun.
"Sebaliknya, kesepakatan mendesak diperlukan di tingkat teknis tentang batas demiliterisasi yang aman untuk memastikan keamanan daerah tersebut," kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
Amerika Serikat (AS) mendukung seruan untuk zona demiliterisasi di sekitar pabrik, kata Wakil Sekretaris untuk Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional, Bonnie Jenkins, kepada Dewan Keamanan PBB.
Dia mengatakan kunjungan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
IAEA sebelumnya telah menuntut akses ke pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia sesegera mungkin untuk memastikan keamanannya setelah beberapa serangan menghantam kompleks tersebut.
"Saya meminta kedua belah pihak (Rusia dan Ukraina) bekerja sama dan mengizinkan misi IAEA untuk dilanjutkan sesegera mungkin," kata Rafael Mariano Grossi dalam pidatonya di Dewan Keamanan PBB.
Grossi mengatakan, IAEA telah menerima pembaruan dari Ukraina dan Rusia, tetapi informasi yang diberikan seringkali bertentangan.