Dikutip dari britannica.com, Salman lahir di Mumbai India pada 19 Juni 1947.
Ia belajar di Rugby School dan University of Cambridge hingga menerima gelar MA di sana, tepatnya pada 1968.
Setelahnya, ia bekerja di London pada era 1970-an, sebagai copywriter iklan di Ogilvy & Mather.
Ia kemudian mulai menulis novel dengan novel pertama yang terbit berjudul Grimus pada 1975.
Novel selanjutnya yang ia terbitkan yakni Midnight's Children (1981), tentang seorang anak laki-laki yang lahir di India tepat ketika negara itu memperoleh kemerdekaannya.
Lalu Novel Shame pada 1983 yang dilatarbelakangi oleh gejolak politik di Pakistan saat itu.
Novel selanjutnya yakni The Satanic Versus, yang menimbulkan protes di banyak negara, termasuk Indonesia kala itu.
Grup Band GodBless bahkan menciptakan lagu berjudul Maret 1989, terinspirasi dari situasi dunia yang protes terhadap novel itu.
Inggris dan Iran sampai memutuskan hubungan diplomatik mereka atas kontroversi Salman Rushdie pada tahun 1989.
Baca juga: PROFIL Ayman Al Zawahiri, Pemimpin Al Qaeda Tewas dalam Serangan Pesawat Tak Berawak, Sosok Radikal
Meski terancam mati, Rushdie terus menulis, ia memproduksi Imaginary Homelands (1991), kumpulan esai dan kritik; novel anak-anak Haroun and the Sea of Stories (1990); kumpulan cerpen Timur, Barat (1994); dan novel The Moor's Last Sigh (1995).
Pada tahun 1998 Mohammad Khatami membuat komitmen publik untuk tidak mendukung atau menghalangi pembunuhan Rushdie, dalam upaya untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Inggris.
Setelah kembali ke kehidupan publik, Rushdie menerbitkan novel The Ground Beneath Her Feet (1999) dan Fury (2001).
Namun pada tahun 2005 pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan kembali hukuman mati.
Dikutip dari greelane.com, Al Qaeda juga memasukkannya ke dalam daftar sasaran bersama beberapa tokoh sastra dan media yang diklaim menghina Islam.