Dilansir Straits Times, Yoon mengulangi seruannya kepada Korea Utara untuk mengakhiri pengembangan senjata nuklirnya dan memulai denuklirisasi dengan imbalan bantuan ekonomi "skala besar".
Dia telah menyerukan dialog dengan Pyongyang sejak kampanyenya untuk menjabat.
“Setiap dialog antara para pemimpin Selatan dan Utara, atau negosiasi antara pejabat tingkat kerja utama, tidak boleh menjadi pertunjukan politik, tetapi harus berkontribusi untuk membangun perdamaian substantif di semenanjung Korea dan di Asia timur laut,” katanya.
Komentar itu merupakan kritik nyata terhadap serangkaian pertemuan puncak yang melibatkan pendahulunya Moon Jae-in, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan Presiden AS saat itu Donald Trump.
Terlepas dari pertemuan itu, pembicaraan denuklirisasi terhenti pada 2019 dan Korea Utara mengatakan tidak akan memperdagangkan pertahanan diri, meskipun telah menyerukan diakhirinya sanksi.
Baca juga: Putin Ingin Perluas Hubungan Bilateral antara Rusia dan Korea Utara
Korea Selatan tidak dalam posisi untuk menjamin keamanan Korea Utara jika menyerahkan senjata nuklirnya, tetapi Seoul tidak menginginkan perubahan rezim secara paksa di Korea Utara.
Uji coba rudal dan pengembangan nuklir Korea Utara baru-baru ini telah menghidupkan kembali perdebatan mengenai apakah Selatan harus mengejar senjata nuklirnya sendiri.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)