TRIBUNNEWS.COM - Myanmar yang dikuasai militer berencana mengimpor bensin dan bahan bakar minyak Rusia untuk meredakan kekhawatiran pasokan dan kenaikan harga, kata seorang juru bicara militer.
Negara Asia Tenggara itu telah mempertahankan hubungan persahabatan dengan Rusia ketika keduanya berada di bawah serangkaian sanksi dari negara-negara Barat.
Rusia sedang mencari pelanggan baru untuk energinya di kawasan itu karena tujuan ekspor terbesarnya, Eropa, akan memberlakukan embargo terhadap minyak Rusia secara bertahap akhir tahun ini.
"Kami telah menerima izin untuk mengimpor bensin dari Rusia," kata juru bicara militer Zaw Min Tun dalam konferensi pers pada Rabu (17/8/2022).
Zaw Min Tun menambahkan impor dilakukan karena kualitas dan harga murah yang ditawarkan Rusia.
Pengiriman bahan bakar minyak akan mulai tiba dari September, menurut media.
Baca juga: RI Berharap Kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia ke Myanmar Tidak Menambah Polemik di ASEAN
Zaw Min Tun mengatakan panglima militer Jenderal Senior Min Aung Hlaing membahas minyak dan gas selama perjalanan ke Rusia bulan lalu.
Myanmar sekarang mengimpor bahan bakarnya melalui Singapura.
"Myanmar akan mempertimbangkan eksplorasi minyak bersama di Myanmar dengan Rusia dan China," kata Zaw Min Tun sebagaimana dikutip Al Jazeera.
Militer telah membentuk komite pembelian minyak Rusia yang dipimpin oleh sekutu dekat Min Aung Hlaing untuk mengawasi pembelian, impor dan pengangkutan bahan bakar dengan harga yang wajar berdasarkan kebutuhan Myanmar, menurut sebuah pernyataan yang diterbitkan di sebuah surat kabar pemerintah pada hari Rabu.
Selain gejolak politik dan kerusuhan sipil, Myanmar telah terpukul keras oleh harga bahan bakar yang tinggi dan pemadaman listrik.
Hal itu mendorong kepemimpinan militer untuk beralih ke impor bahan bakar minyak yang dapat digunakan di pembangkit listrik.
Harga bensin telah melonjak sekitar 350 persen sejak kudeta pada Februari tahun lalu menjadi 2.300-2.700 kyat (sekitar Rp 16.200-19.000) per liter.
Dalam seminggu terakhir, pompa bensin telah ditutup di berbagai bagian negara itu karena kekurangan, menurut laporan media.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)