TRIBUNNEWS.COM - Rusia secara signifikan meningkatkan ekspor emas ke China setelah Amerika Serikat dan sekutunya memberlakukan larangan impor emas Rusia.
Barat menutup pasar logam mulia sebagai bagian dari sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina.
Dilansir The Moscow Times, media Rusia RBC dalam laporannya mencatat peningkatan impor emas Rusia oleh China.
China mengimpor emas Rusia senilai $108,8 juta pada bulan Juli, meningkat 750 persen dari Juni dan meningkat 4.800 persen dari bulan yang sama tahun lalu, menurut data bea cukai China.
Pakar pasar yang diwawancarai oleh RBC mengaku meyakini Rusia saat ini menjual emasnya ke China dengan diskon hingga 30 persen.
Negara Beruang Merah merupakan produsen emas terbesar kedua di dunia dengan lebih dari 300 ton per tahun.
Baca juga: Taiwan: China dan Rusia Ganggu dan Ancam Tatanan Dunia
Sedangkan China, merupakan salah satu pembeli emas batangan terbesar di dunia.
Pakar lain berspekulasi, bahwa China mungkin hanya salah satu dari beberapa tujuan baru yang penting untuk emas Rusia di Asia dan Timur Tengah.
Uni Emirat Arab, yang belum merilis data impor emas Rusia pada 2022, disebut sebagai pusat penyamaran negara asal logam mulia itu.
AS, Inggris, Kanada dan Jepang melarang ekspor emas Rusia mulai Juni.
Kebijakan ini diikuti Uni Eropa dan Swiss pada bulan lalu.
RBC mengatakan, data bea cukai China adalah kumpulan angka pertama yang mengungkapkan bagaimana ekspor emas Rusia dialihkan ke timur.
Rusia mengklasifikasikan data bea cukainya awal tahun ini setelah sanksi Barat atas invasinya ke Ukraina menyebabkan masalah ekonomi yang signifikan.
Impor Energi