TRIBUNNEWS.COM - Banjir di Pakistan yang menewaskan lebih dari 1.000 orang sejak pertengahan Juni mungkin belum mencapai puncaknya, ujar ahli seperti dilansir Sky News.
Hujan deras melanda keempat provinsi di Pakistan.
Lebih dari 30 juta orang terkena dampaknya.
Banjir bandang telah menyapu desa-desa, hasil panen, dan 800.000 ternak.
Tentara dan pekerja penyelamat mengevakuasi penduduk yang terdampar ke kamp-kamp bantuan dan menyediakan makanan bagi mereka.
Hampir 300.000 rumah telah hancur, banyak jalan tidak dapat dilalui, dan telah terjadi pemadaman listrik di mana-mana.
Baca juga: Banjir Pakistan: 1.000 Tewas, Jutaan Terkena Dampak Kengerian Perubahan Iklim
Peter Ophoff, dari Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan kepada Sky News:
"Musim muson seharusnya berhenti pada akhir Juli."
"Kita sekarang berada di akhir Agustus, dan kita masih memiliki hujan yang sangat deras."
"Banyak orang berpikir bahwa kita belum mencapai puncaknya."
Jumlah korban tewas mencapai sedikitnya 1.061 orang setelah dilaporkan adanya korban jiwa baru di beberapa provinsi berbeda.
Baca juga: Banjir Dahsyat, Pakistan Butuh Bantuan Internasional
Banjir dari Sungai Swat melanda Khyber Pakhtunkhwa, di mana puluhan ribu orang - khususnya di distrik Charsadda dan Nowshehra - telah dievakuasi dari rumah mereka ke gedung-gedung pemerintah.
Sekitar 180.000 orang telah dievakuasi dari desa-desa di Charsadda dan 150.000 di Nowshera.
Sherry Rehman, pejabat tinggi iklim Pakistan, mengatakan dalam sebuah video di Twitter bahwa negaranya sedang mengalami "bencana iklim yang serius, salah satu yang paling sulit dalam dekade ini".