TRIBUNNEWS.COM - Banjir bandang di Pakistan telah merenggut sedikitnya 1.033 jiwa, termasuk 348 anak-anak, dan 1.527 lainnya terluka sejak pertengahan Juni hingga Agustus 2022.
Bencana ini disebabkan oleh hujan lebat yang sering melanda Pakistan sejak awal musim penghujan.
Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) Pakistan menambahkan, ada 119 orang telah meninggal dan 71 terluka dalam 24 jam terakhir, Senin (29/8/2022).
Menurut keterangan Menteri Perubahan Iklim Pakistan, Sherry Rehman, setidaknya 33 juta orang telah terkena dampak.
Dia menyebut banjir itu belum pernah terjadi sebelumnya dan bencana kemanusiaan terburuk dalam dekade ini.
"Pakistan mengalami siklus monsun kedelapan, biasanya Pakistan hanya memiliki tiga hingga empat siklus hujan," kata Rehman, dikutip dari CNN Internasional.
Baca juga: Banjir Bandang Pakistan, Ratusan Ribu Orang telah Dievakuasi
Rehman mengatakan, Pakistan sedang menghadapi cuaca ekstrem, di antaranya gelombang gelombang panas yang tak henti-hentinya, kebakaran hutan, banjir bandang, beberapa ledakan danau glasial, peristiwa banjir, dan sekarang monsun monster dekade ini sedang melanda tanpa henti.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Pakistan, Bilawal Bhutto Zardari berharap lembaga keuangan seperti Dana Moneter Internasional (IMF) akan memperhitungkan dampak ekonomi.
Negara Asia Selatan telah berjuang melawan krisis ekonomi, menghadapi inflasi yang tinggi, mata uang yang terdepresiasi dan defisit transaksi berjalan.
Baca juga: Pemerintah Pakistan Kewalahan, Jutaan Orang Butuh Bantuan Akibat Musibah Banjir Bandang Melanda
Ratusan ribu orang telah dievakuasi
Sekitar 180.000 orang telah dievakuasi dari Charsadda dan 150.000 dari distrik Nowshera di barat laut provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang menjadi daerah banjir terparah.
Banyak warga yang terpaksa berlindung di pinggir jalan.
Khaista Rehman (55) berlindung bersama istri dan tiga anaknya di sisi jalan raya Islamabad-Peshawar, setelah rumahnya di Charsadda terendam semalaman, dikutip dari Al Jazeera.
“Alhamdulillah, kami aman sekarang di jalan yang cukup tinggi ini dari daerah banjir,” katanya kepada kantor berita The Associated Press.
“Tanaman kami hilang dan rumah kami hancur, tetapi saya bersyukur kepada Allah bahwa kami masih hidup dan saya akan memulai kembali kehidupan bersama putra-putra saya.”
Baca juga: Banjir di Pakistan Telah Merenggut Ribuan Nyawa dan Merusak Ratusan Ribu Rumah
Bantuan Berdatangan
Pemerintah Pakistan telah mengumumkan keadaan darurat nasional dan meminta bantuan internasional.
Kementerian Dalam Negeri Pakistan mengatakan, pemerintah telah mengerahkan tentara untuk membantu operasi bantuan dan penyelamatan di daerah-daerah yang dilanda banjir, Jumat (26/8/2022).
Ada empat provinsi yang mengalami dampak banjir terparah, termasuk provinsi barat daya Balochistan yang paling parah dilanda bencana.
Jumlah pasti pasukan dan lokasi operasi bantuan akan ditentukan oleh provinsi dan pemerintah.
Sementara itu, pusat bantuan banjir sedang didirikan di berbagai bagian wilayah Pakistan untuk membantu pengumpulan, pengangkutan dan distribusi barang bantuan banjir kepada para korban.
Pasukan tentara juga membantu orang mengungsi ke tempat yang lebih aman, menyediakan tempat berlindung, makanan dan perawatan medis kepada mereka yang terkena dampak banjir.
Provinsi selatan Sindh, yang dilanda banjir parah, telah meminta 1 juta tenda, sementara provinsi Balochistan yang berdekatan telah meminta 100.000 tenda.
Akibat banjir ini sebagian besar wilayah provinsi Balochistan terputus dari listrik, gas dan internet.
"Prioritas Pakistan saat ini adalah bencana kemanusiaan yang disebabkan oleh iklim dengan proporsi epik ini," kata Rehman.
Ia juga mendesak masyarakat internasional untuk memberikan bantuan mengingat sumber daya Pakistan yang terbatas.
Pada Minggu (28/8/2022), bantuan pertama tiba dari Turki dan Uni Emirat Arab yang membawa tenda, makanan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Qatar Red Crescent juga telah menjanjikan bantuan darurat.
Truk-truk pengangkut tenda, makanan, dan air yang diatur oleh Pakistan juga diberangkatkan ke berbagai wilayah terdampak banjir oleh Badan Penanggulangan Bencana Nasional untuk puluhan ribu korban banjir.
Baca juga: Sepertiga Wilayah Pakistan Terancam Tergenang Banjir, Pemerintah Minta Bantuan Internasional
Jumlah Kerugian
Menteri Keuangan Miftah Ismail sebelumnya mengatakan kepada Al Jazeera, banjir di Pakistan telah mencapai kerugian setidaknya $10 miliar.
Banjir ini merusak hampir 1 juta rumah dan menewaskan sedikitnya 1.061 orang.
NDMA mengatakan dalam sebuah laporan, Senin (29/8/2022), 150 kilometer jalan telah rusak di seluruh negeri dan lebih dari 82.000 rumah rusak sebagian atau seluruhnya, dikutip dari BBC.
Sejak pertengahan Juni 2022, ketika musim hujan dimulai, lebih dari 3.000 kilometer jalan, 130 jembatan dan 495.000 rumah telah rusak, menurut laporan situasi terakhir NDMA dan OHCA.
Setidaknya 33 juta orang telah terkena dampak bencana banjir ini.
Seorang petani padi di dekat kota tenggara Sukkur di provinsi Sindh (70), mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa ladangnya telah hancur akibat banjir.
"Tanaman kami membentang lebih dari 5.000 hektar di mana beras kualitas terbaik ditaburkan dan dimakan oleh kalian dan kami," kata Khalil Ahmed, dikutip dari NPR.
Pihak berwenang Pakistan mengatakan kehancuran akibat banjir tahun ini lebih buruk daripada tahun 2010, ketika banjir menewaskan 1.700 orang.
Pada Minggu (28/8/2022), Jenderal Qamar Javed Bajwa, panglima militer Pakistan, mengatakan negaranya mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Banjir di Pakistan